''Seni memotret yang digabungkan dengan teknik modern digital photoshop memang bukan hal baru, namun menggabungkan gambar-gambar bernilai seni dan merangkumnya dalam desain dan ilustrasi pola yang sangat menggambarkan Indonesia merupakan karya seni yang bernilai tinggi. Untuk itu, Gallery West merasa bangga menjadi tempat dipamerkannya ke-12 karya Mrs. Claude. Kami ingin memberikan apresiasi kepada Mrs. Claude, karena di sini juga akan ada Museum Modern and Contemporary Art di Nusantara (MaCAN), museum seni terbesar di Indonesia dan nomor tiga se-Asia. Kami mendedikasikan MaCAN untuk seni kriya bagi masyarakat Indonesia,'' jelas Widijanto, Managing Director AKR Land Development dalam diskusi media di Gallery West beebrapa hari lalu.
Claude Biche Lavalle, merupakan sahabat Indonesia yang memiliki hobi memotret dengan estetika seni, yang didesain dengan menambahkan ilustrasi melalui teknik photoshop yang mampu menuangkan inspirasinya. Dengan berani pula Mrs. Claude menggabungkan berbagai unsur obyek seni seperti manik-manik kaca (glass beads), perhiasan etnik, wayang, patung, tekstil (songket, batik, tenun, ikat) yang seakan-akan dituturkannya dalam cerita di atas kanvas.
''Indonesia adalah negeri yang begitu luas dan kekayaan seni budaya yang luar biasa. Saya merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan tinggal di Indonesia selama sekitar 13 tahun dan sudah menjelajahi berbagai tempat yang sangat eksotis, yang tak dimiliki oleh negara asal saya sekali pun, maupun tempat lain di dunia. Ini yang membuat saya selalu ingin mengeksplorasi passion saya dalam seni memotret dan menuangkannya ke dalam seni lain yang modern, yaitu photoshop,'' ujar Claude, nenek dua cucu yang setia mendampingi suami tercintanya, Daniel Lavalle bertugas di berbagai tempat.
''Kebudayaan Indonesia sangat kompleks. Sebagai orang asing, saya tak dapat memahami semua itu, karena sangat berbeda dengan apa yang ada di negeri saya. Contohnya, di kebudayaan Indonesia ada patung kayu yang memiliki arti sangat penting ketimbang sekadar dilihat keindahannya saja. Sebut saja korwar, patung nenek moyang yang menyimpan ruh-ruh nenek moyang milik suku Asmat di Papua. Di sini obyek-obyek seni tak dapat dipisahkan dari konteksnya, penuh simbol dan arti, serta manfaat. Dan itu sangat menarik,'' tambah lulusan The Academy of Fine Arts di Mons, Brussel dengan spesialisasi mural.
Wanita energik ini juga bergabung dalam Indonesian Heritage Society (IHS) yang telah lama menjalin hubungan kerjasama dengan Museum Nasional. Mereka membuat papan-papan etnografi yang diterjamahkan ke dalam beberapa bahasa asing, sehingga memudahkan tamu asing untuk mengetahui informasinya.
"Sebagai anggota Indonesian Heritage Society, saya mendedikasikan karya-karya saya untuk Indonesia. Saya merasa bangga menjadi bagian Indonesia melalui seni photoshop beads artwork ini, dan karya-karya saya dapat dipergunakan untuk ikut mempromosikan Indonesia agar dikenal lebih luas oleh masyarakat dunia,'' tambah seniwati yang sangat menyukai karakter Punakawan dalam cerita pewayangan.
Claude yang juga pernah mengambil sesi fotografi asuhan Deniek Sukarya di Bali ini membuat 12 display kanvas, mewakili obyek dan karakter yang sangat disukainya, Punakawan, lantaran filosifi yang terdapat pada karakter-karakter tokohnya, glass beads, wayang klithik, wayang golek (khususnya gambyong), tekstil (ikat, tenun, batik, songket), tempat-tempat bersejarah seperti peninggalan Sunan Gunung Jati di Cirebon yang memiliki berbagai ornamen di dindingnya, menarik minat Claude untuk difoto, di-crop, diberi ilustrasi, dan didesain baru sehingga membentuk karya seni lain dengan pola baru yang menggambarkan ke-Indonesia-an.
Dalam kesempatan diskusi media di Gallery West, Kebun Jeruk ini, hadir pula Wakil Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Dr. Sapta Nirwandar, yang memberikan apresiasi terhadap karya Claude Biche Lavalle yang memberikan sentuhan karya seni beda terhadap kekayaan seni budaya Indonesia.
Intan Y. Septiani
KOMENTAR