Dulu Anda karyawan kantoran, kenapa lantas beralih usaha ke bidang cake?
Saat bekerja di perusahaan perkebunan di Jakarta, saya memang tidak ingin selamanya kerja kantoran. Saya, kan, sebenarnya lebih suka menggeluti seni. Sejak kecil di Jember (Jawa Timur), saya sudah ikut les menari, menyanyi, melukis, dan musik. Bahkan, saya lama belajar melukis pada Pak Ketut, pelukis dari Bali.
Meski menyenangi seni, orangtua saya, pasangan Hadi Soetomo dan Hj. Dra. Soeparti, tetap menempatkan pendidikan formal nomor satu. Saya pun kuliah di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta. Lulus kuliah saat usia 22 tahun, saya bekerja di Jakarta. Nah, selama kerja sambil mikir-mikir usaha apa yang bisa saya lakukan, saya kursus apa saja. Mulai bahasa Inggris, membatik, sampai membuat cake.
Lantas?
Sampai akhirnya tahun 2006, saya ikut milis NCC (Natural Cooking Club) yang dikelola Bu Fatma Bahalwan. Wah, milis ini ramai sekali. Sehari bisa ratusan posting. Anggotanya juga asyik-asyik dan sangat menyenangkan. Sering kami diskusi apa saja, salah satunya tentang cake. Kala itu, NCC ingin membuat rekor MURI tentang Menghias Kue dengan Peserta Terbanyak.
NCC menyelenggarakan kursusnya. Saya pun ikutan. Saya kian paham bagaimana mendekor kue. Saya yang semula melukis di kanvas dengan cat minyak, jadi makin paham melukis kue dengan bahan-bahan gula dan sebagainya. Saat itu, juga lagi musimnya ngeblog. Hasil karya anggota milis, sebagian dipajang di blog. Ternyata banyak yang memuji karya saya. Wah, saya senang sekali.
Karya apa saja yang dapat respons bagus?
Macam-macam. Pernah saya memberi hadiah untuk bos suami yang berusia 48 tahun. Dia seorang pilot yang hobi main golf. Saya pun membuat cake berangka 48. Angka 4 saya buat seperti landasan pesawat terbang, sedangkan 8 saya bikin lapangan golf.
Jadi, yang pesan cake Anda awalnya adalah pembaca blog?
Tepat sekali. Berawal dari situ, saya kerja sambil nyambi terima pesanan dengan dibantu satu karyawan. Saya mulai berpikir, "Mungkin ini bidang yang cocok untuk saya tekuni." Saya pun terus melatih keterampilan. Mulai dari membuat dengan bahan berkualitas, sampai keterampilan mendekor kue. Saya banyak membaca buku-buku impor karena pada dasarnya cake decorating, kan, berasal dari luar.
Apa yang jadi ciri khas cake buatan Anda?
Saya ingin cake yang sifatnya lebih personal. Caranya dengan menghias kue yang disesuaikan dengan karakter pemesan. Banyak pelanggan mengatakan, kelebihan karya saya adalah rapi dan detail. Selain itu, kelebihan di warna. Warna di kue, kan, sebenarnya terbatas. Karena saya sudah terbiasa melukis, saya terlatih membuat kombinasi warna. Saya bereksperimen memadukan warna satu sampai memunculkan warna-warna cerah. Banyak, kan, warna yang terkesan pucat.
Kemampuan saya melukis memang sangat bermanfaat ketika saya membuat cake. Antara lain tentang komposisi. Sebuah cake saya pandang sebagai satu kesatuan bidang. Usai mendekor, biasanya saya amati lagi. Misalnya saja membuat cake dengan tema bunga. Ketika saya lihat lagi, agar lebih cantik, perlu tambahan bunga tertentu untuk menjadi sebuah kesatuan utuh.
Harmonisasi warna juga saya perhatikan. Warna pink tua tidak bakalan bagus bila berdekatan dengan warna ungu tua. Jadinya malah mati. Tapi, bila yang satu lebih muda, bakalan tambah bagus.
Ada lagi kelebihan lainnya?
Saya pakai bahan yang berkualitas meski harganya jadi lebih tinggi. Yang saya pelajari, kan, buku luar yang biasanya menggunakan bahan mahal. Namun, ada pelanggan yang ingin harga tidak terlalu mahal, tapi hasilnya tetap bagus. Saya pun terus bereksperimen memadukan bahan, sampai ketemu harga bahan lebih murah tapi tetap hasilnya bagus.
Bagaimana cara membagi waktu antara kerja kantoran dan membikin kue?
Awalnya, sih, masih bisa. Seiring semakin banyak pesanan tepatnya 1,5 tahun kemudian, saya merasa tidak sanggup lagi. Apalagi sering ketika mendapat order, tiba-tiba dapat tugas ke luar kota. Otomatis, pesanan saya batalkan. Buntutnya banyak pelanggan yang kecewa. Masalah lain, karena banyak pesanan, saya kurang konsentrasi kerja. Saya sih tetap duduk di depan komputer, tapi pikiran sudah ke mana-mana.
Sampai akhirnya, ada satu pekerjaan yang tidak bisa saya selesaikan, sampai saya ditegur pimpinan. Saya pun dihadapkan pilihan: mau terus jadi karyawan atau pilih usaha sendiri. Saya pilih menggeluti cake yang sesuai dengan jiwa seni saya. [Tab] Keinginan resign saya sampaikan pada suami, Tras Budiantoro. Dia mendukung langkah itu. Setelah 14 tahun bekerja, saya mengundurkan diri. Karena mundur baik-baik, hubungan saya dengan teman lain tetap terjalin bagus sampai sekarang. Saya pun dapat pesangon lumayan yang bisa dipakai tambahan modal untuk membuka Cake Miracle.
Bagaimana cara mempromosikan usaha Anda?
Hanya lewat blog. Sama sekali saya enggak pernah bikin brosur atau beriklan. Cake yang saya bikin, kan, bukan produk massal, istilahnya bukan sembarang kue. Meski sekarang saya sudah punya tim delapan orang termasuk sopir, saya sudah kewalahan.
Rata-rata per hari, Anda terima berapa pesanan?
Saya hanya mau terima maksimal 10 per hari. Itu pun dengan kesulitan biasa. Tapi, kalau tingkat kesulitannya tinggi, misalnya saja kue harus di-carving, paling saya hanya sanggup terima lima pesanan per hari. Misalnya saja bentuk rumit seperti mobil formula atau sepatu. Sering pula saya memenuhi keinginan pelanggan untuk membuat cake yang ada tema. Misal hutan, kartun, keluarga, dan seterusnya.
Biasanya pelanggan pesan cake untuk acara apa saja?
Mulai dari pesta ulang tahun, perkawinan, hadiah untuk relasi, sampai acara peluncuran produk. Saya sudah punya langganan beberapa EO. Secara berkala mereka pesan untuk kebutuhan berbagai acara termasuk perusahaan. Karena kemampuan saya berproduksi masih terbatas, pelanggan tidak bisa pesan secara mendadak. Pelanggan lama, sih, biasanya sudah kontak dua minggu sebelumnya.
Berapa, sih, harga cake buatan Anda?
Yang paling murah Rp 350 ribu sampai Rp 850 ribu. Untuk pesta ulang tahun, seseorang bisa keluar budget Rp 1,5 - 2 juta. Lumayan, sih. Dibandingkan usaha kantoran, penghasilan saya sekarang jauh lebih besar. Hanya saja, keuntungan yang saya peroleh, saya pakai untuk investasi. Misalnya saja membeli alat dan membuat tempat kursus di rumah saya di Taman Royal, Tangerang.
Anda juga mengajar?
Betul. Selain mengajar di beberapa tempat kursus seperti di NCC dan Klub Nova, saya juga memberi kursus di rumah. Bisa kelompok, bisa pula privat. Belakangan ini, sering sekali orang Malaysia privat di tempat saya. Bahkan ada seseorang yang sudah punya empat bakery besar di negaranya. Saya tanya kenapa dia kursus di tempat saya? Katanya, perkembangan dekorasi kue di negaranya masih kurang bagus.
Uniknya, dia pesan saya lukisan kanvas yang obyeknya cake. Katanya, lukisan ini akan dipajang di tempat usahanya. Sungguh ini kebahagiaan lain lagi.
Kesibukan lain, belakangan ini saya sedang sibuk pemotretan untuk buku. Mudah-mudahan tahun ini terbit. Sebelumnya saya memang sudah beberapa kali membuat buku. Antara lain berjudul Kreasi Cokelat dan Kue Kering Hias.
Oh ya, anak-anak suka kue buatan Anda?
Tentu saja, anak saya, Nadya Mutiara Assyika (3,5), sangat suka.
Henry Ismono
KOMENTAR