Coba simak, apa komentar orang saat melihat anak ngeces melulu. Biasanya, komentar yang kerap muncul tak jauh dari mitos seperti, "Wah, pasti ibunya dulu ngidam dan tak kesampaian!" Atau komentar lain, "Wah, mau tumbuh gigi, ya?" Benarkah anggapan seperti itu?
Mengiler (drooling) atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan shalore adalah hal yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Dr. Conny Tanjung, Sp.A dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk menjelaskan, pada dasarnya beberapa faktor mulai dari yang fisiologis hingga gangguan bisa menjadi penyebab anak mengiler.
Dan tidak semua mengiler harus disikapi dengan kekhawatiran. Beberapa bahkan tidak menyebabkan gangguan serius. Namun, sebaiknya perhatikan gejala-gejala penyerta anak mengiler. "Jika mengiler memang merupakan indikasi penyakit, kewaspadaan bisa membuat gangguan tertangani sejak dini," kata Conny.
Mengiler memang bukan hanya masalah estetika. Bukan pula karena anak suka bermain-main dengan air liurnya. Pada dasarnya, anak mengiler karena proses fisiologis yang membuat air liurnya tumpah ke luar mulut.
Sebenarnya, setiap orang memiliki mekanisme untuk memproduksi dan menyalurkan air liur. Hanya saja rongga mulut dangkal serta kemampuan menelan belum sempurna yang dimiliki bayi, menyebabkan air liur seolah berlebihan dan keluar dari mulut.
Air Liur Berlebih
Inilah mengapa secara umum dikatakan ada tiga penyebab mengiler, yakni produksi air liur berlebihan, ketidakmampuan menelan air liur, dan ketidakmampuan mempertahankan air liur di dalam mulut.
"Biasanya, anak akan mulai memproduksi air liur dengan cukup ketika berusia 6 bulan. Ini adalah fase mempersiapkan anak untuk mendapatkan nutrisi dari makanan padat pertama pendamping ASI," kata Conny.
Namun, pada saat yang sama, anak belum memiliki kemampuan menelan yang sempurna, sehingga pada posisi-posisi tertentu ia sulit mempertahankan air liur dalam mulut kemudian mengiler.
Posisi seperti tengkurap, duduk, merangkak dan berbaring akan memicu anak lebih sering mengiler. Saat anak berusia 9 bulan, biasanya ia sudah mulai bisa mengendalikan air liurnya sehingga tidak tumpah saat duduk dan merangkak, karena kemampuan menelan yang lebih baik.
Namun, ketika makan makanan tertentu yang merangsang air liur, beberapa anak masih bisa mengiler. Dan saat anak berusia 3 tahun, dengan kemampuan menelan jauh lebih baik, ia tidak akan mengiler lagi.
Salah satu penyebab anak mengiler adalah karena gangguan proses menelan dan produksi air liur yang berlebih. Kondisi ini dapat terjadi ketika anak menderita suatu gangguan, seperti pada fase akan tumbuh gigi, yakni ketika anak berusia sekitar 6 bulan.
Saat itu anak akan merasakan nyeri pada seputar mulut dan sedikit kesulitan menelan. "Biasanya, jika memang mengiler disebabkan fase tumbuh gigi, disertai gejala tumbuh gigi, seperti anak suka menggigit atau memasukkan benda ke mulutnya, serta sedikit demam," lanjut Conny.
Mengiler yang disebabkan gangguan dapat dikaitkan dengan penyakit berat seperti mononukleosis, nanah di sekitar amandel (abses peritonsilar), abses retrofaring, dan tonsilitis.
(Bersambung)
Laily Damayanti
KOMENTAR