Secara umum, bayi 0-12 bulan masih lebih "aman" dari gangguan penyakit. Bayi yang mendapat Asi eksklusif 6 bulan, biasanya kondisinya lebih sehat. Begitu bayi mulai mendapat makanan tambahan, mulai merangkak, bermain, maka mulailah ia berkenalan dengan penyakit.
Penyakit yang paling sering muncul pada bayi dan anak di bawah setahun biasanya demam, batuk-pilek, dan diare. Di usia ini daya tahan tubuhnya masih rentan, sehingga ia mudah tertular penyakit karena virus. Ditambah, di usia ini anak mulai memasuki fase oral, anak mulai suka memasukkan benda apa saja ke dalam mulutnya, termasuk benda-benda yang tidak bersih. Maka, mulailah ia terkena diare, misalnya.
Apa saja penyakit yang sering menyerang bayi dan anak, dan bagaimana mengatasinya? Berikut penjelasan spesialis anak, dr. Isabella Riandani, Sp.A dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading:
Demam
Demam sebetulnya bukan penyakit, melainkan hanya gejala dari penyakit. Demam atau panas menandakan tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Pada dasarnya demam sendiri justru baik, karena menandakan tubuh sedang melakuan perlawanan. Hanya saja, demam yang tinggi seringkali harus diwaspadai, karena bisa menyebabkan kejang demam pada sebagian bayi atau anak.
Seorang anak disebut sedang mengalami demam bila suhu tubuhnya lebih dari 37,5 °C. Sementara ia disebut panas tinggi kalau suhu tubuhnya lebih dari 38,5°C. Demam bisa muncul mendadak tinggi, bisa juga berangsur-angsur panasnya meningkat. Ada beberapa tipe penyakit yang panasnya tinggi terus menerus, ada pula yang panasnya hilang timbul.
Sementara untuk kejang demam, tidak ada patokan muncul di suhu berapa, karena tidak sama pada masing-masing anak. Ada anak yang suhunya sudah 40°C baru kejang, tapi ada juga yang baru mulai naik panas sudah kejang, ada pula yang tidak mengalami kejang demam. Kejang demam sendiri pada umumnya tidak berbahaya. Namun, ia seringkali membuat orangtua panik. Belum lagi anak yang rewel pada saat demam. Yang harus diwaspadai jika kejang demam sering berulang. Karena setiap kali anak mengalami kejang demam, ada sel-sel otak yang rusak. Kalau sering terjadi, tentunya akan mengganggu perkembangan otak.
Orangtua masih boleh lega jika, meski demam, anak masih terlihat aktif, dan mau makan dan minum. Yang harus diwaspadai adalah jika anak demam tinggi, tidak mau makan dan minum, dan terlihat lemas.
Untuk mengatasinya, sebaiknya orangtua segera berupaya menurunkan demam anak dengan memberikan obat penurun panas, yang bisa diulang tiap 6 - 8 jam kemudian. Kalau panas anak tidak tinggi, boleh menunggu 2x24 jam. Kalau belum turun juga, panasnya naik-turun, atau ada kejang demam, sebaiknya segera dibawa ke dokter.
Selain obat penurun panas, bisa dibantu dengan kompres. Caranya longgarkan atau buka baju anak, jangan diselimuti, kemudian kompres dengan air hangat bersuhu sekitar 25 derajat (suam-suam kuku). Seka seluruh tubuh seperti mandi, atau boleh dengan meletakkan kain basah di ketiak, lipatan paha atau leher kiri-kanan. Kadang-kadang anak tidak betah diberi kompres, jadi lebih baik diseka saja. Hindari mengompres dengan air dingin atau air es, karena anak justru bisa menggigil kedinginan. Anak juga sebaiknya diberi banyak air minum.
Hasto Prianggoro
KOMENTAR