Jangan pernah remehkan demam. Berbagai penyakit, baik yang ringan maupun yang berbahaya, ditandai dengan gejala naiknya suhu tubuh di atas normal. Kenali gejala lain yang menyertainya, agar tidak terlambat ditangani.
Belakangan ini banyak orangtua cemas akan berbagai macam penyakit yang menyerang buah hati. Kebanyakan ditandai dengan gejala demam. Sebut saja penyakit demam berdarah, penyakit kawasaki, hingga flu burung, semua memiliki gejala awal yang sama. Tak salah jika orangtua jadi panik setiap kali putra-putrinya mengalami demam. Padahal, tidak semua demam berarti berbahaya.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal. Pada anak-anak, suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,5 derajat Celcius. Banyak orang tua yang belum mengerti, demam bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala atau tanda. "Demam bisa merupakan satu reaksi dari adanya infeksi, tanda bahwa di dalam tubuh kita lagi ada infeksi," ujar dr. Rismala Dewi Sp.A dari Divisi Pediatri Gawat Darurat, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Infeksi pada tubuh bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit. Semua organ di tubuh bisa terkena infeksi. Misalnya, menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan batuk pilek, radang tenggorokan atau amandel. Infeksi bisa juga menyerang telinga, saluran kencing, saluran pencernaan, dan lain-lain. Pendeknya, apa saja bisa diserang oleh virus dan bakteri. "Jadi, demam itu sebenarnya bagus, sebagai pertanda adanya infeksi, dan tubuh sedang memerangi virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit," ucap dokter yang akrab disapa Dewi ini.
KAPAN KE DOKTER?
Biasanya, demam diikuti banyak gejala lain yang menyertainya. Menurut Dewi, pada hari-hari pertama, hampir semua penyakit belum kelihatan arahnya kemana. Oleh karenanya, orangtua hanya perlu mengawasi kondisi fisik anak dan gejala-gejala lain yang menyertai demam. "Jika anak demam tapi tenang-tenang saja, masih bisa jalan, makan dan minum, bahkan bermain, maka orangtua tak perlu khawatir. Bahkan kalau perlu tidak usah menurunkan demamnya. Cukup diberi air minum yang banyak. Obat penurun panas baru perlu diberikan jika anak merasa gelisah dan tidak nyaman dengan kondisi panasnya," terang Dewi.
Orangtua perlu khawatir jika anak yang demam tampak sakit, misalnya cenderung lemas, muntah-muntah, dehidrasi, tidak mau makan, dan sangat rewel. Orangtua sebaiknya lebih waspada lagi jika anak mengalami gejala-gejala tertentu yang mencurigakan dan mengeluhkan sakit pada bagian tertentu tubuhnya. "Misalnya anak mengeluh sakit di bagian perut, telinga, sakit saat buang air kecil, atau gejala lain seperti sesak nafas, ada bintik merah di permukaan kulit, dan sebagainya. Jika gejala ini muncul, anak harus dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Tapi pada 24 jam pertama, gejala ini biasanya belum kelihatan."
Selain dilihat dari gejala lain yang menyertai demam, kapan tepatnya membawa si kecil ke dokter juga dilihat dari umurnya. Bayi di bawah 6 bulan, menurut Dewi, sebaiknya langsung dibawa ke dokter jika mengalami demam. Di usia ini, bayi biasanya masih memiliki daya tahan tubuh yang tinggi. "Biasanya, anak di bawah 6 bulan, lebih serius penyakitnya," ungkap Dewi. Jadi, jika di usia ini anak demam, maka kemungkinan ada penyakit yang lebih serius.
KEJANG DEMAM
Yang kerap terjadi mengiringi demam adalah kejang. Kejang akibat demam, pada tiap anak berbeda. Ada yang ambang batas panasnya tinggi baru bisa terjadi kejang, ada juga yang rendah. Selain itu, kejang demam lebih sering terjadi pada usia antara 6 bulan - 4 tahun. Riwayat keluarga, bisa juga menjadi patokan. "Misalnya ada yang panasnya 38 derajat Celcius sudah kejang, ada yang sampai 40-41 derajat Celcius enggak kejang juga. Harus dilihat juga apakah dalam keluarga ada riwayat kejang demam. Jika ada, kemungkinan untuk mengalami kejang demam lebih besar," terang Dewi.
Jika kejang demam terjadi, orang tua bisa sebaiknya memberikan pertolongan pertama dengan memberikan obat Diazepam Rektal, yang dimasukkan melalui dubur. Setelah itu, anak bisa dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. "Makanya penting bagi orangtua untuk mengetahui apakah anaknya memiliki riwayat kejang atau tidak, agar selalu menyiapkan obatnya di rumah."
Walau sudah terbebas dari kejang demam, suhu tubuh anak harus tetap diturunkan. Caranya, dengan memberikan pakaian yang longgar dan nyaman, obat penurun panas yang mengandung parasetamol atau ibuprofen, dan kompres air hangat.
Anak sangat rentan dengan suhu lingkungan. Saat demam, jangan membungkus anak dengan jaket dan selimut yang tebal, karena panas tubuh malah tidak akan keluar. Jika memungkinkan, sebaiknya anak yang demam berada dalam suhu ruangan yang sejuk. "Kecuali jika anak menggigil, bisa kita kasih selimut, tapi jangan terlalu tebal. Jika suhunya sudah stabil, buka lagi selimutnya."
Kompres sebaiknya dilakukan dengan air hangat, karena berhubungan dengan penguapan. Dulu orang tua sering melakukan kompres dengan air dingin, bahkan alkohol. Panas memang turun dengan cepat. Namun input baliknya, otak akan menganggap suhu di luar tubuh dingin, sehingga kemudian malah memerintahkan tubuh memproduksi panas lebih banyak. Sebaliknya, kompres air hangat membantu penguapan dan keluarnya panas dari dalam tubuh.
Beberapa penyakit berbahaya, bahkan mematikan, memiliki gejala demam, beserta gejala lain. Diantaranya demam berdarah, penyakit kawasaki, flu burung, dan lain-lain. "Penyakit-penyakit berbahaya itu pada awalnya juga tidak akan kelihatan gejalanya, terutama pada hari pertama demam. Setelah 24 jam, jika memang muncul gejala yang mencurigakan, seperti muntah-muntah, sesak napas, bintik merah, dan lain-lain, segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut," saran Dewi.
Dok. Nova
KOMENTAR