Siapa tak kenal martabak. Di tangan orang yang kreatif, penganan yang konon berasal dari India (murtabak) ini muncul dengan bentuk baru. Seperti apa wujud martabak kini?
MARTABAK BOLU
Berawal dari coba-coba, kakak beradik Nadia Damara Saputra (39) dan Surawiria Saputra (37) berhasil menciptakan martabak yang berbeda dari yang sudah ada. Bila martabak biasanya terkesan berminyak dan tak tahan disimpan lama, martabak karya dua saudara ini sebaliknya.
Mereka menamakan kreasinya sebagai Martabak Bolu. Teksturnya yang kering membuat martabak ini jadi seperti kue bolu. Rasanya? Wah wah, jangan ditanya. Dijamin lidah Anda bakal ketagihan!
Muasal Martabak Bolu terbilang simpel. Dulu, ayah Nadia dan Sura sempat membuka restoran Golden Bell di Bandung. Namun, di tahun 2005 restoran terpaksa tutup. Kakak beradik ini pun mulai mencari celah usaha kuliner lain, yakni martabak.
Dalam menemukan campuran bahan yang unik dan pas, dikatakan Nadia membutuhkan waktu dan biaya yang tak sedikit.
Saat itu, "Kedua anak dan suami yang jadi kelinci percobaan. Sayangnya karena coba-coba, kami enggak sempat menuliskan resepnya. Jadinya semua adonan dibuat dengan feeling saja," katanya yang menamakan usahanya Martabak Bolu Golden Bell demi melestarikan warisan keluarga.
Nadia buka kartu, sebenarnya bahan-bahan yang dipakai sama dengan martabak biasa. Pengolahan adonan dan cara memasak pun sama. Hanya saja produknya menggunakan bahan-bahan nomor satu supaya lebih awet. Bahkan Nadia berani menjamin martabaknya tahan selama satu minggu jika disimpan dalam lemari pendingin.
Selain itu, rasa dan teksturnya pun tak akan berubah. "Tapi kami tak menggunakan pengawet, lho." Karena awet dan dikemas ekslusif, Martabak Bolu banyak dibawa ke luar negeri sebagai oleh-oleh. Diantaranya ke Singapura, Belanda, Hongkong, Korea, dan China. Bahkan, sampai saat ini Martabak Bolu lebih dikenal oleh warga dari luar Bandung. Dalam seminggu, Nadia bisa memproduksi 400 buah martabak. Pelanggan tak cuma datang dari perorangan, tapi juga perusahaan-perusahaan besar.
Sejauh ini, Nadia bersyukur usahanya berjalan sukses. Namun di tengah gejolak harga BBM, ia terpaksa menaikkan harga jual supaya bisa bertahan. "Untuk rasa keju, keju coklat atau kacang coklat kami hargai Rp 30 ribu per boks. Untuk keju kismis Rp 32.500."
Tak seperti kebanyakan tukang martabak yang mangkal atau buka toko, Nadia dan Sura memilih melayani pesanan dari rumahnya saja di Bandung (Jabar). "Untuk pesanan wilayah Jakarta, pesan hari ini besok pagi sudah sampai. Saat ini kami sedang melakukan promo, beli 10 boks gratis pengiriman ke Jakarta dan dapat di ambil di 16 titik yang ditentukan. Diantaranya Semanggi, Pancoran, Fatmawati, Pondok Indah, Kelapa Gading, Bintaro, Serpong, Cibubur, dan Bekasi."
Teks dan Foto: Edwin Yusman F
KOMENTAR