Sulit Identifikasi
Sayangnya, pada anak balita terkadang sulit menunjukkan letak pasti asal sakit perut. Nia menegaskan, pada dasarnya dokter punya metode untuk mengetahui penyebab sakit perut pada anak balita.
Tak sekadar lewat pemeriksaan fisik, tapi juga lewat wawancara mendalam kepada orang terdekat sang bayi, seperti ibu atau pengasuhnya, seputar sakit perutnya hingga pola makannya.
Apakah sakit perutnya berulang? Apakah sakit perutnya terjadi seusai mengonsumsi sesuatu? Bagaimana buang air besar anak akhir-akhir ini? Apakah ada demam? Selanjutnya, baru dilakukan pemeriksaan pada perut.
Bila anak belum bisa bicara, dokter akan melihat tanda-tanda di raut wajahnya saat pemeriksaan. Ketika dirasakan nyeri, tentu akan timbul reaksi. Misalnya, saat diraba di area tubuh tertentu, mimik wajah anak akan meringis, menangis, atau tegang menahan sakit.
Jika sakit perut disertai demam, artinya tubuh anak bereaksi terhadap kuman yang masuk ke dalam tubuh. Kemungkinan sudah ada proses inflamasi akibat infeksi kuman. Bila sakit perut dirasakan seusai anak makan pedas atau asam, kemungkinan sakit perut disebabkan asam lambung meningkat.
Bila sakit perut setiap kali seusai mengonsumsi susu, bisa jadi ini disebabkan intoleransi laktosa, sehingga susunya perlu diganti yang bebas laktosa. Bila anak sudah lama tak buang air besar, dokter akan memberi obat pencahar. Semua pengobatan terhadap sakit perut memang amat spesifik, sesuai kasus dan gejala yang menyertainya.
Laili Damayanti
KOMENTAR