Dokter Waldi yang baik,
Saya punya cucu berumur hampir 3 tahun. Sejak umur 2 tahun dia belum bisa bicara, hanya bisa berkata: mami, ayah, dan ibu. Tapi itu juga seakan-akan lupa lagi. Dan sekarang dia bisa bicara agak panjang dan merangkai kata-kata, tapi itu juga jarang sekali, seperti lupa lagi dan lebih sering berteriak-teriak hampir setiap hari.
Pernah diterapi bicara, tapi tak banyak berubah. Jika tidur dia juga selalu larut malam, paling cepat jam 23.00, bahkan kadang-kadang jam 02.00 dini hari baru bisa tertidur. Apakah cucu saya ada kelainan bicara?
Apakah ada kaitannya saat cucu saya dilahirkan secara caesar, barangkali obat biusnya yang salah? Atau, kemungkinan salah obat saat dia sakit, karena pernah kejang dan dirawat dua kali. Dan jika badannya panas, selalu diberi obat penurun panas? Atau babysitter-nya memberikan obat berlebihan? Terima kasih.
Ny. Tuti H. - Purwawinangun
Ibu Tuti di Indramayu,
Wah, baru pertama kali ini saya menerima surat yang ditulis oleh seorang nenek. Cucu yang ke berapa ya, Bu? Bagus sekali perhatian nenek kepada cucunya hingga menyempatkan diri bertulis surat. Omong-omong ke mana orangtuanya ya?
Saya yakin tentu orangtuanya lebih perhatian lagi kepada anaknya, hanya mungkin belum sempat bertulis surat kepada saya. Bukankah begitu?
Mudah-mudahan bukan orangtua yang terlampau sibuk dan menyerahkan pengasuhan anaknya kepada nenek dan babysitter saja, seperti yang banyak terjadi di kota besar di Indonesia.
Ingat Indramayu ingat tempat nenek moyang saya dulu pernah bermukim. Dahulu di depan rumah mendiang ada lintasan rel kereta api uap yang menghubungkan pasar kota dengan daerah di pesisirnya (Pantai Karang Song). Bila kereta melintas, bunga api dari batu baranya beterbangan dan asap hitamnya mengepul memasuki rumah-rumah yang dilaluinya.
Dengusnya tak pernah saya lupakan hingga sekarang. Selalu saya keluar menonton kereta lewat bila suara peluitnya mulai terdengar. Sekarang bahkan rumah mendiang dan sisa rel kereta itu sudah ditelan zaman.
Belum bisa bicara sebabnya bermacam-macam dan pemeriksaannya juga macam-macam. Yang paling gampang, membuktikan dulu apakah pendengarannya baik, sehingga tes pendengaran tentu diperlukan sebagai langkah awal.
Penyebab lainnya, gangguan berat di otak selama proses kelahiran. Saya tak dapat mengatakan, gangguan bicara ini lantaran kelahirannya lewat bedah caesar, tetapi lebih penting lagi mengapa dilahirkan lewat operasi dan bagaimana keadaan bayi pada hari-hari pertamanya.
Pola pengasuhan juga bisa menjadi pangkal masalah, terutama bila anak tak diajak bicara dan seisi rumah mengandalkan teve untuk membuatnya duduk tenang. Menurut asosiasi pediatri di Amerika, anak di bawah usia 2 tahun tak dianjurkan melihat layar kaca/ teve, bahkan di atas usia 2 tahun pun hanya dianjurkan sekitar 1 jam saja.
Di negeri kita, tempat hiburan bagi anak-anak di luar rumah sulit diakses dan mungkin mahal, maka nongkrong di depan teve adalah hiburan termurah bagi seluruh anggota keluarga. Bapak burik anaknya rintik, kata pepatah, keluarga gemar menonton, maka anak pun suka. Mudah-mudahan di Indramayu tempat hiburan anak-anak di luar rumah masih banyak dan mudah, sehingga keluarga tak terpaku di depan teve saja.
Penggunaan dwibahasa sering pula dianggap penyebab keterlambatan bicara, jadi hindari penggunaan berbagai bahasa untuk berkomunikasi di rumah. Kadang-kadang kesulitan berbicara ini juga diturunkan dari anggota keluarga. Coba cari apakah ada anggota keluarga (ayah, ibu, paman, bibi) yang juga mengalami hal sama di saat masih kecil.
Seorang anak yang belum bisa bicara dengan baik dan ditanggapi salah oleh orang yang mendengarnya akan menimbulkan konflik dalam dirinya. Anak jadi berubah perilakunya, atau mungkin terlihat nakal, sebab ia marah melihat orang lain tak mampu menanggapi keinginannya dengan benar.
Teriak-teriak di pagi hari mungkin salah satu gambarannya. Mengingat begitu banyak kemungkinan penyebabnya, kunjungan ke dokter yang tekun, mendengar semua keluhan, dan banyak bertanya untuk menyisir kemungkinan penyebabnya, amat diperlukan.
Tampaknya riwayat kejang demamnya bukan penyebab mengapa ia tak bisa berbicara. Juga saya tak pernah membaca, obat-obatan (termasuk penurun panas) dapat mengganggu proses perkembangan bicaranya.
Soal tidur larut malam juga bermuasal dari pola pengasuhannya. Bila tidur siangnya banyak (akibat asuhan pramusiwinya -babysitter- yang enggan mengajaknya bermain) tentu saja tidur malamnya berkurang, atau bisa juga karena seisi rumah tidurnya pun larut malam. Bila seisi rumah siap tidur semuanya lebih awal, lambat laun sang anak akan mengikutinya.
Saya tak yakin ia terjaga hingga jam 02.00 pagi, sementara semua anggota keluarga sudah tidur lelap. Biasanya masih ada 1-2 orang yang terjaga dan bermain bersamanya. 1-2 orang inilah yang sebenarnya tak boleh ada.
Konsultan: dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A
KOMENTAR