Anak yang melihat orangtua atau orang dekatnya mengalami body dysmorphic disorder bisa meniru dan meyakini bahwa tindakan operasi plastik berkali-kali demi menyempurnakan satu bagian badan itu adalah sebuah nilai yang harus dijalankan. "Orangtua juga tidak boleh terlalu menekan anak," saran Agustine semata-mata agar anak memiliki harga diri yang optimal.
Sementara pasangan justru sering tak merasa jika suami atau istrinya bermasalah atau malah tak mengerti kenapa pasangannya terus fokus pada satu bagian tubuh. Apalagi penderita body dysmorphic disorder juga menutup diri.
Namun Anda bisa membantunya dengan, "Dia harus dikuatkan menghadapi komentar orang-orang sehingga keluarga lebih dipercaya dibandingkan orang lain." Kuatkan juga dengan tindakan sebab sekadar kata-kata tak akan mempan. Misalnya, memberikan aktivitas lain yang memberikan penghargaan sehingga harga dirinya membaik. "Misalnya jago memasak, ajak ia memasak," ujar Agustine. Karenanya, keluarga harus jeli mencari bakat yang sebetulnya ia miliki. Alias mengalihkan perhatiannya ke kegiatan yang lebih positif. "Dia sendiri harus melatih diri untuk tidak mudah terpengaruh dengan komentar orang lain," pungkas Agustine.
Astrid Isnawati
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR