Salah satunya adalah kemampuan bahasa karena di TK anak diharapkan mampu memahami intruksi yang diberikan oleh guru. Ia pun diharapkan mampu menyampaikan pendapat, perasaan, dan isi pikirannya meski belum runtut. Dengan demikian, anak juga harus memunyai perbendaharaan kosakata yang cukup untuk seusianya.
Bagaimana dengan baca-tulis? Kemampuan ini bukan menjadi syarat masuk TK. Namun, bila anak sudah mampu melakukannya, disarankan agar orang tua mencarikan sekolah yang cocok untuknya. Bila anak sudah punya kemampuan menghitung, misal, dan dia dimasukkan ke TK dimana anak-anaknya bahkan belum bisa menghitung 1 sampai 10, maka bisa-bisa potensinya malah hilang.
Untuk anak-anak seperti ini tentunya perlu penanganan khusus. Maksudnya, kita tak boleh menyamaratakan dengan teman-temannya yang lain karena potensinya berbeda. Jadi, kita harus betul-betul melihat keunikan masing-masing anak dan itu harus dijalankan secara individual.
Orang tua juga jangan berharap bahwa di TK itu anaknya nanti diajarkan baca -tulis dan matematika seperti di SD. Yang dilakukan di TK adalah mengajari anak mengenal dasar-dasarnya dan itu pun dilakukan lewat bermain. Contoh, mengenali bentuk huruf, warna dan bentuk angka.
4. KESIAPAN SOSIAL
Di TK, anak berkumpul bersama teman-teman yang baru saja dikenalnya. Dia akan berusaha menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah yang baru. Ia pun akan mengenal aturan-aturan baru hidup bersama dan menyimak "pelajaran" dari guru-guru sambil belajar bersama teman-temannya.
Nah, kesiapan sosial dilihat dari kemampuan anak untuk tidak takut menghadapi orang asing, berani memasuki lingkungan baru dan tak ragu diajak berkomunikasi. Contoh, ada anak yang sudah berminggu-minggu sekolah masih menangis jika ditinggal oleh ibunya. Ini berarti si anak masih takut berada di lingkungan baru. Beda dengan yang siap, biasanya mereka malah enjoy bila bertemu teman-teman baru.
AGAR ANAK LEBIH SIAP MASUK SEKOLAH
* Berikan informasi menyenangkan tentang TK sebagai pembentukan persepsi awal tentang sekolah. Misal, ia akan bertemu dengan teman-teman baru dan mainan baru. Ada juga guru-guru baru yang ramah dan baik. Di sana banyak mainan sehingga bisa bermain bersama teman-teman. Gambar-gambar di dinding kelasnya juga lucu-lucu.
* Di sisi lain, orang tua juga mesti menjelaskan konsekuensinya. Contoh, karena bermain bersama teman-teman, maka ia harus mau bergantian, juga patuh pada guru, dan tertib.
* Jelaskan pula kenapa ia "harus" masuk TK, apa tujuannya, dan apa saja yang akan didapat di TK. "Dengan sekolah di TK, Kakak akan banyak teman dan belajar banyak. Kan, Kakak katanya mau jadi anak pintar," misal.
* Agar anak bisa memahami secara konkret bagaimana nantinya kala ia duduk di TK, lakukan dengan cara bermain peran. Misal, ibu jadi guru dan anak jadi murid atau sebaliknya. Malah kalau bisa, dalam bermain peran itu, tempat dan suasana ditata sedemikian rupa seperti di TK sungguhan. Ibu memberikan permainan-permainan yang sering diajarkan di TK. Dengan cara demikian, kita telah menyiapkan mental anak untuk siap masuk TK.
KOMENTAR