Ternyata tidak, kok! Si prasekolah bukan sedang mem-bandingkan dirinya de-ngan temannya. Melainkan, ia mulai melihat adanya perbedaan antara dirinya dengan teman-temannya. "Oh, rambut Ita lebih bagus. Beda ya, dengan rambut-ku yang tidak berjepit," misal. Umumnya hal ini terjadi saat anak mulai memasuki lingkungan sosial yang baru, seperti "sekolah", yang kondisinya sangat berbeda dari lingkungan keluarga yang selama ini ditemuinya sehari-hari.
Adanya perbedaan yang khas antara dirinya dengan teman sangat mungkin menjadikan ia ingin memilikinya. Ketahuilah, anak-anak usia prasekolah memang punya kebiasaan menunjukkan benda-benda yang menjadi miliknya kepada orang lain. Akan tetapi, bukan sifat anak-anak membanding-bandingkan miliknya dengan milik orang lain. Karena itu, bila si kecil sampai melakukan perbandingan, bisa jadi lantaran ia tak diberi pengertian yang baik oleh orangtuanya.
BEDA APA SAJA?
Banyak sekali perbedaan yang dapat ditemui anak dalam kehidupan sehari-harinya saat memasuki lingkungan baru, yang akhirnya menimbulkan beragam pertanyaan dan komentar dari si anak. Berikut di antaranya:
1. Perbedaan kepemilikan yang sifatnya materi.
2. Perbedaan kekhasan yang sifatnya fisik.
3. Perbedaan karakter.
4. Perbedaan pola kehidupan.
5. Perbedaan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga.
MENYIKAPI BEDA MATERI
* Berikan tanggapan sepantasnya
Maksudnya, ketika si prasekolah berkata bahwa barang milik temannya itu bagus, orangtua hendaknya tidak langsung membelokkan fakta dengan menyatakan barang itu jelek. Berikan pernyataan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, "Ya memang tas Maya lebih bagus. Tapi, tidak selalu harus memiliki barang yang sama dengan teman." Dengan sikap seperti ini, anak dapat belajar untuk menghargai milik orang lain dan menyadari adanya perbedaan.
* Tanya alasannya, lalu berikan pengertian.
Sebaiknya tanyakan, mengapa ia menginginkan tas yang sama dengan tas temannya. Sampaikan bahwa tas miliknya juga memiliki manfaat yang sama dengan tas temannya, yakni sebagai wadah untuk membawa barang-barang keperluannya ke "sekolah". Berikan pengertian bahwa tidak semua barang yang dimiliki harus sama dengan orang lain. Bisa-bisa nanti semuanya seragam dan tak dapat dibedakan.
* Sampaikan sisi positif dari benda yang dimiliki.
Jelaskan kepada anak kelebihan dari barang miliknya. Umpama, "Tas Dinda juga enggak kalah bagus kok dengan tas Ita. Lihat nih, kantong yang di bagian depan ini bisa dilepas. Kemudian, talinya bisa dipindah ke bagian samping sehingga modelnya berubah, bukan tas gendong lagi, tapi bisa digantungkan di bahu atau diselempangkan. Jadi, kalau Dinda capek menggendong tas ini, tinggal diubah saja menjadi tas yang diselempangkan. Asyik kan!"
* Beri tahu cara lain selain "memiliki".
Bila si kecil menginginkan mainan yang sama dengan milik temannya, sampaikan padanya bahwa ia dapat meminjam. Tidak harus memiliki. Atau, bisa juga dengan mengajak anak melihat-lihat ke toko mainan, tapi bukan untuk membeli, melainkan hanya sekadar untuk mengetahui saja.
* Latih untuk bergantian atau memakai bersama.
Ini sangat mungkin terjadi bila si kecil memiliki kakak atau adik. Cobalah sesekali untuk menggunakan suatu barang secara bergantian atau bersama-sama. Dengan begitu, anak terbiasa berbagi dengan orang lain, tidak selalu harus memiliki benda yang sama.
* Jadilah contoh yang baik bagi anak.
Kadang tanpa disadari, orangtua memberikan contoh yang tak baik. Misal, Anda menyaksikan tayangan musik di teve. Begitu melihat penyanyi favorit Anda mengenakan gaun yang indah, tanpa sadar Anda melontarkan, "Ih, bagusnya baju itu. Aku mau ah membeli baju seperti itu." Nah, anak yang mengetahui dan menyimak pembicaraan itu, merekam dalam benaknya, bahwa punya orang lain itu lebih bagus dan kita pun harus memiliki barang yang sama. Karena itulah, orangtua hendaknya selalu berupaya untuk sadar diri agar dapat memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
KOMENTAR