PERAN ORANG TUA
Itulah mengapa, Sherly berpesan agar kita tak melarang anak melakukan aktivitas mengumpulkan. Toh, bila ia terlihat jorok atau tak rapih karena sembarangan menyimpan "koleksi"nya, kita tinggal membimbing dan mengajarkan tentang kerapihan dan ketertiban padanya. "Bukankah hal ini sudah menjadi tugas orang tua?" ujar Sherly. Misal, "Kak, jangan digeletakkan begitu saja, dong. Sayang, kan, kalau rusak. Nih, Bunda sudah buatkan tempat khusus untuk barang-barang kamu itu. Yuk, kita masukkan ke tempatnya. Nah, kelihatan manis dan rapi, kan?"
Kita pun sebaiknya ikut mengenalkan benda-benda yang dikumpulkan si kecil agar pengetahuan dan wawasannya bertambah. Misal, "Nak, bungkus permen ini dibuatnya enggak gampang, lo. Dibuatnya di pabrik besar dengan melewati proses pencampuran bahan-bahan kimia dan bahan baku plastik. Setelah itu, barulah menjadi seperti apa yang kamu kumpulkan itu." Hingga, ia pun jadi tahu apa itu kimia, apa itu bahan baku, apa itu proses pencampuran, dan lainnya. Otomatis, kosa katanya pun ikut bertambah. Jadi, tak ada ruginya, kan, anak bermain mengumpulkan?
Hanya, perlu diwaspadai bila anak tertarik mengumpulkan benda-benda yang sulit didapat atau hanya bisa diperoleh dengan cara membeli seperti kertas surat yang lucu dan wangi. Soalnya, anak usia prasekolah mulai bisa menuntut dan memaksakan kehendaknya pada orang tua. Selain itu, kemampuan kognitifnya juga mulai berkembang, hingga ia bisa terpengaruh atau dipengaruhi teman-temannya. "Bukan mustahil ia akan melakukan cara apa saja untuk mendapatkan barang yang dikehendakinya, semisal 'mencuri' uang atau mengambil barang yang ia inginkan dari siapa pun."
Itulah mengapa, bilang Sherly, kita wajib pula memantau atau mengawasi anak dan mengendalikannya. Caranya, dengan menanamkan nilai-nilai. "Berikan pengertian padanya bahwa sebagai manusia, kita tak bisa memaksakan diri dan semua keinginan tak bisa terpenuhi, bahwa kita masih punya kebutuhan lain yang lebih penting dipenuhi." Misal, "Bunda senang kamu bermain begitu, tapi enggak usah memaksakan diri, ya. Sebab, kita harus mendahulukan kebutuhan yang lebih penting. Bukankah kamu perlu susu? Nah, bagaimana jika uang untuk beli kertas, Bunda simpan untuk membeli susu?" atau, "Nak, sekarang Bunda belum punya uang. Bila kamu ingin sekali membeli benda itu, bagaimana jika menabung dulu dari uang jajanmu. Sebagian kamu gunakan untuk jajan, sebagian kamu masukkan ke tabungan. Nanti kalau sudah terkumpul banyak, kamu bisa membeli kertas surat keinginan kamu itu." Dengan begitu, sekaligus kita juga mengajarkannya berhemat, menabung, dan bertenggang rasa.
Gazali Solahuddin/nakita
KOMENTAR