Dampaknya juga tak bagus bila orang tua malah mengatur "siasat". Misal, ayah-ibu sepakat untuk tak saling dekat-dekat di depan si kecil. "Anak jadi tak bisa melihat model keluarga yang sehat." Dengan kata lain, anak tak bisa melihat bahwa ayah-ibunya harmonis dan saling menyayangi.
Bukan cuma itu, kalau si Buyung dekat dengan ibu, dia akan menganggap ayahnya sebagai rival, "Ayah adalah musuh untuk mendapatkan ibu." Hingga, si Buyung tak lagi mau menurut sama ayahnya atau si Upik tak menurut sama ibunya. "Nah, bukankah ini akan mengembangkan lingkungan yang tak sehat?" ujar Evi.
AKTIF MENDEKATI ANAK
Tak jarang pula, kala menyaksikan anaknya menjadi temper tanntrum semisal guling-guling di lantai lantaran cemburu, si ibu/ayah mengatakan, "Ya, udah, sini... sini sama Bunda. Ayah memang nakal!" Ini justru akan melabel anak bahwa benar si ayah merupakan ancaman baginya.
Yang terbaik, bilang Evi, ayah mendekati si kecil dan tanya secara baik-baik, "Kenapa, Dek, kok, guling-guling di lantai?" Atau, ayah memeluknya sambil berusaha menenangkan, "Bunda tetap sayang, kok, sama Adek. Ayah juga sayang Adek." Dengan begitu, si kecil merasa aman, bukan hanya pada ibu tapi juga ayah. "Ia tak takut lagi ibunya akan membagai kasih sayang pada ayah, hingga ia pun tak merasa terancam bila ibu dekat-dekat dengan ayah." Karena baginya, ayahnya pun bisa membuat dirinya merasa aman dan dia juga tahu bahwa ayah mencintainya.
Selain itu, bila orang tua sudah tahu penyebab rasa cemburu si kecil karena ia mengembangkan keterikatan hanya pada salah satu orang tua, maka libatkan orang tua yang satu. Misal, si kecil amat tergantung pada ibu. Nah, ajak si ayah agar melibatkan diri dalam aktivitas si kecil semisal bermain bersama.
Keterlibatan orang tua yang "dimusuhi" oleh anak dalam upaya menenangkan si anak maupun memupuk kedekatan dengan si anak, menurut Evi amat penting. Hal ini akan menumbuhkan rasa aman pada si kecil, karena ia merasa disayangi dan dicintai, bukan hanya oleh salah satu orang tua, melainkan keduanya.
Kadar Cemburu Tiap Anak Berbeda
Tiap anak itu unik. Makanya, takaran cemburu masing-masing anak juga beda; ada yang besar, ada yang kecil, ada pula yang biasa-biasa saja. Perbedaan ini, jelas Evi, bukan karena kadar rasa cemburu itu sendiri, melainkan lebih karena kebutuhan atensi tiap anak berbeda. Hal ini disebabkan temperamen yang berbeda sejak lahir.
"Pada anak sulit, harus diberikan atensi lebih besar. Beda dengan anak yang cepat beradaptasi dengan lingkungan dan merasa aman, dia tak memerlukan atensi besar dari orang tuanya." Nah, anak-anak yang butuh atensi besar ini, akan marah kala orang yang dekat dengannya memberikan atensi pada orang lain. Dari marah inilah lama-lama akan mengembangkan rasa cemburu.
Bila Si Kecil Tak Cemburu
KOMENTAR