Sebaliknya pada ibu yang tak bekerja, kedekatan emosi dengan anak juga harus tetap terjaga. "Jika sehari-hari anaknya dibiarkan cuma sama pengasuh sementara ibu kerjanya pergi-pergi, ke salon, shopping, nonton telenovela, atau tidur melulu, dan sebagainya, ya, sama aja boong. Keterlibatan atau hubungan emosi antara ibu dan anak tak terjalin dengan baik atau berkurang." Akibatnya, kendati ibu tak bekerja, si kecil tetap lebih dekat dengan pengasuh. Jadi, dengan tak bekerja harusnya dimanfaatkan betul untuk mengurus si kecil, ya, Bu.
EKSISTENSI DIRI
Sementara dari sudut sosial, sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Seperti dikatakan Nuke, "dulu, ibu yang bekerja setelah melahirkan sering dianggap tak urus dengan anaknya, 'Kok, tega-teganya, sih, anak masih bayi sudah ditinggal kerja.' Tapi umumnya itu dulu dan biasanya juga merupakan pendapat ibu mertua."
Sekarang, boleh dibilang hampir tak terdengar lagi suara sumbang seperti itu. Bukankah yang namanya ibu tetap punya nurani untuk mengurus anaknya secara penuh? Di sisi lain, dengan bekerja, ia pun dapat merasa dirinya berguna atau bermanfaat. Dalam bahasa lain, ibu merasa eksistensi dirinya lebih baik. Dari situ ia juga bisa tahu cara mendidik anak dengan baik dan menjalankan rumah tangga dengan baik.
Jikapun sampai ada tudingan kita tak peduli sama anak lantaran bekerja, semisal dari mertua, saran Nuke, jelaskan pada beliau bahwa kita bekerja bukan cuma demi kepentingan diri sendiri tapi juga buat masa depan anak dan keluarga. "Mertua pasti bisa mengerti dan mungkin malah mendukung."
Sementara buat ibu yang tak bekerja, Nuke minta agar tak perlu malu dan minder. "Mau bekerja atau tidak, itu, kan, hak kita. Jadi, kenapa harus malu dan minder?" Apalagi jika eksistensi diri kita pun cukup terpenuhi bahwa kita mampu mengurus sendiri si kecil. "Itu suatu kebanggaan, lo." Terlebih lagi bila kita pun mampu membuat sesuatu yang hasilnya diterima orang lain semisal membuat jahitan, kue-kue, dan sebagainya. Wah, kebanggaannya berlipat-lipat, lo, tak kalah dengan kebanggaan ibu-ibu yang orang kantoran.
TAHU AKAR MASALAHNYA
Nah, Bu, kini sudah enggak bingung lagi memilih untuk kembali bekerja atau tidak, kan? Tapi jangan lupa, lo, apapun keputusannya, harus dikomunikasi dulu dengan suami dan bahkan mertua. Tentu komunikasinya harus berjalan baik. Jadi, bila ada sesuatu yang tak disukai, harus dikemukakan dan dicari solusinya.
Prinsipnya, tekan Nuke, segala masalah bisa diatasi asalkan kita tahu pokok persoalannya. "Jika akar permasalahannya tak dicari, jangan harap didapat solusinya. Yang terjadi justru saling tuding." Misal, anak sakit lantas istri disalahkan karena bekerja hingga tak memperhatikan anak. Padahal, bukan bekerjanya yang disalahkan, tapi sakitnya anak yang harus diatasi. Begitu, kan, Bu-Pak?
Dedeh Kurniasih/nakita
KOMENTAR