Orang tua harus ingat, cara berpikir anak, kan, belum sedewasa orang tua, karenanya ketika ia diperlakukan seperti itu ia akan berpikir, "Aku ini bagaimana, sih, kok enggak bisa melaksanakan keinginan Papa-Mama?"
Teknik Mundur Perlahan
Jika memang masalah ini terjadi pada buah hati, tentunya orang tua harus bisa melihat dan memahami penyebabnya.
Jika memang masalahnya karena separation anxiety, coba selesaikan dengan teknik 'mundur berkala' atau Systematic Desensitization.
Dengan teknik ini, ibu atau significant other-nya harus mulai mengurangi kehadirannya saat anak berada di sekolah. Jika biasanya Si Ibu mengantar anak sekolah hingga ke dalam kelas, esok cukup sampai di depan kelas. Beberapa hari kemudian kurangi lagi hingga ke parkiran sekolah dan mundur sampai anak turun dari mobil saja.
Biasanya, anak-anak yang terkena mogok sekolah ini adalah anak yang memiliki karakteristik cenderung pendiam. Di mana mereka butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Anak-anak seperti ini biasa juga diasosiasikan sebagai anak pemalu.
Diskusi Dua Arah
Jika memang masalahnya bukan karena separation anxiety, ajaklah ia berkomunikasi agar bisa mengindentifikasi perasaan anak. Usahakan diskusi dilakukan dari hati ke hati, dua arah, dan dengan menekankan mengapa anak mogok sekolah.
Dengan mengetahui masalahnya, Si Anak merasa orang tua mau mengerti dan orang tua juga tahu seperti apa sudut pandang anak.
Menyiapkan mental anak adalah yang terpenting. Orang tua jangan pernah lelah menyemangati anak berulang-ulang. Semangat itu bisa mengubah rasa takut anak menjadi motivasi positif baginya.
Beri Semangat
Ketika anak bisa menguasai rasa takutnya dan mau sekolah lagi, usahakan selalu memberikan mereka pujian kasih sayang, bukan hadiah barang karena yang dibutuhkan adalah dukungan mental.
Hadiah "verbal" ini misalnya seperti, "Mama bangga hari ini kamu enggak nangis." Setiap kemajuan, sekalipun kecil, harus tetap dihargai. Meskipun esoknya Si Anak menangis lagi, ya tidak apa-apa, orang tua tetap harus sabar. Orangtua tetap harus membesarkan hatinya secara verbal, "Ayo, kamu pasti bisa!" Ingat, semangat itu mampu menumbuhkan motivasi anak.
Nah, dengan menyadari permasalahan anak, Anda bisa berpikir jernih membantu setiap masalahnya.
Ester Sondang / bersambung
KOMENTAR