Tapi jangan cuma larangan-larangan saja yang dikedepankan, lo. "Bisa-bisa nanti anak malah jadi takut dan tak lagi berminat ke perpustakaan." Bukankah hal-hal menarik tentang perpustakaan justru lebih banyak? Jadi, jelaskan pula, "Di sana bukunya banyak sekali, lo. Kakak bisa pilih sendiri lalu pinjam buku-buku yang Kakak suka untuk dibawa pulang. Pokoknya, Kakak bisa sepuasnya, deh, membaca buku-buku itu di rumah tanpa harus membeli dengan harga mahal."
Sampaikan semua penjelasan tadi dengan bahasa sederhana, termasuk cara menjadi anggota perpustakaan.
PELAJARI KEBIASAAN ANAK
Yang tak kalah penting, kita pun harus bisa mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tak diharapkan semisal mencoret-coret atau malah merusak buku. Caranya, sejak awal biasakan ia bertanggung jawab merawat dan menjaga buku-buku miliknya. Tanamkan pengertian, buku tak boleh dirobek, dirusak, maupun dicoret-coret, "Kalau buku ini robek atau tertutup oleh coretan-coretan, kan, kasihan adik atau teman-teman lain yang belum membaca dan melihat-lihat gambarnya."
Bila pengertian ini sudah melekat di benaknya, Puji yakin, tipis kemungkinan anak melakukannya. "Jikapun sampai rusak atau robek, bisa jadi lebih karena faktor ketidaksengajaan semisal tergesa-gesa saat membuka halaman." Lain soal jika ia tetap melakukannya meski sudah berulang kali dijelaskan dan dilarang, "coba gali apa yang mendasari perbuatannya itu, 'Kenapa, sih, Kakak merobek buku?'"
Sebagai orang tua, lanjut pengajar pada Fakultas Psikologi UI ini, kitalah yang paling mengenal siapa dan bagaimana kebiasaan anak. "Bila memang ia masih suka merobek kertas atau buku yang dijumpainya, tentunya jangan dulu dibawa ke perpustakaan." Kita pun harus lihat, apakah ia cukup bisa diandalkan untuk tak mengacaukan suasana atau membuat berantakan buku-buku yang ada di perpustakaan; bisakah ia duduk tenang dan manis selama beberapa saat; sanggupkah ia menahan keinginannya untuk lari-lari atau berteriak seenaknya; dan sebagainya.
ORIENTASI RUANGAN
Nah, bila ia sudah siap diajak ke perpustakaan, setibanya di sana sebaiknya lakukan orientasi ruangan. Jangan langsung mengajaknya duduk tenang membaca buku koleksi perpustakaan, karena ia pasti tak bisa melakukannya sekalipun cuma 10 menit. Ia pasti gelisah lantaran terdorong rasa ingin tahunya untuk mengetahui keseluruhan perpustakaan.
Jadi, ajak ia berkeliling dulu mengenali bagian-bagian perpustakaan sambil dijelaskan. Misal, "Ini, lo, rak-rak tempat menyimpan buku-buku untuk orang dewasa. Kalau yang di sebelah sana itu rak tempat menyimpan buku anak-anak seusia Adik, dan yang di sini khusus buku-buku untuk anak-anak yang sudah 'sekolah' seperti Kakak." Dengan begitu, ia tahu di mana rak untuk mencari buku-buku yang disediakan buat anak seusianya.
Biasanya, hanya dengan sekali kunjungan, anak sudah mengenal perpustakaan secara umum; misal, gedungnya besar, dipenuhi rak buku tinggi maupun pendek dengan buku-buku berjajar rapi di rak-rak itu. Yang pasti berkesan buat anak, setiap pengunjung begitu asyik membaca buku sementara suasana tetap tenang. Bila anak menunjukkan reaksi positif, ikuti dengan kunjungan berikutnya ke perpustakaan yang sama dalam waktu tak terlalu lama. Secara bertahap mulailah menumbuhkan minat baca dan rasa ingin tahunya untuk melihat-lihat koleksi perpustakaan, termasuk video ilmu pengetahuannya bila ada.
Adapun waktu berkunjung, sebaiknya jangan siang karena saat itu anak dalam kondisi lelah dan butuh istirahat, hingga sulit konsentrasi. Pilih saat ia dalam kondisi segar atau sudah cukup istirahat semisal pagi dan sore. Juga jangan terlama lama di perpustakaan. "Satu jam sudah cukup, kok, untuk anak usia prasekolah." Bila terlalu lama, dikhawatirkan ia malah bosan dan kehilangan minat. Kecuali bila ia tergolong kutu buku dan memang ingin berlama-lama di sana.
DAMPINGI ANAK
KOMENTAR