TabloidNova.com - Salatiga adalah sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Hawanya sejuk dan masyarakatnya yang multi etnis terkesan begitu hangat. Pada akhir Oktober hingga pertengahan November lalu, ada lima artis dari Jakarta bertandang ke kota ini.
Mereka tidak sedang berlibur, melainkan datang untuk mencari jawaban tentang salah satu penyakit mematikan di dunia, AIDS. Lantas siapakah lima artis yang melakukan Voluntary Counseling Test (VCT) di Salatiga baru-baru ini?
Salah satu artis tersebut, Roy Marten, mengaku menjalani tes HIV/AIDS di Salatiga. Aktor senior ini bersedia diwawancara setelah dihubungi melalui konselor kelima artis tersebut, Andreas Bambang Santoso (56), yang juga seorang pegiat HIV AIDS. Malahan, Roy menolak namanya dirahasiakan, atau disebut secara anonim atau pun inisial.
"Saya kira nama tidak usah disembunyikan," kata artis tersebut di awal perbincangan bersama Kompas.com, Sabtu (29/11/2014) malam.
Bang Roy -begitu dia ingin disapa, sudah yakin dan siap dengan segala risikonya. Menurut Roy, apa yang dikerjakannya bukanlah aib.
"Lho, yang saya kerjakan adalah test HIV, hasilnya negatif. Jadi selama pandangan masyarakat seperti itu, ya gak akan ada yang berani tes. Dan itu justru berbahaya, jangan dibalik dong," tegas Roy.
Menurut Roy, VCT adalah tes biasa sebagaimana tes yang diperlukan untuk mengetahui penyakit lainnya. Dengan VCT, maka seseorang yang berisiko menderita HIV/AIDS akan mengetahuinya lebih dini. Dengan demikian diharapkan mereka dapat mengambil langkah-langkah penanganan agar bisa diobati dan tidak menularkannya kepada yang lain.
"Lebih baik kita tes HIV seperti halnya tes kolestrol, hepatitis. Semua penyakit (itu) mematikan kalau enggak diobati. (Dengan VCT) jadi tau lebih dini, lebih baik daripada sudah terlambat,'' ujar dia. "Karena dengan tes, kalau sampai diri kita kena HIV, pertama bisa diobati, kedua tidak menularkan ke orang lain," kata dia lagi.
Semula banyak orang menduga, mengapa kelima artis tersebut memilih VCT di Salatiga? Apakah di Jakarta tidak ada tempat VCT? Atau sekadar untuk menghindari media? Roy mengatakan, dia memilih Salatiga karena faktor kedekatan pribadi dengan si konselor.
"Alasan saya tes di Salatiga karena kebetulan adik saya Ronny dan mas Bambang adalah pegiat penyuluhan HIV. Thanks God saya negatif," ungkap dia.
Roy Marten menyadari, kehidupannya yang sempat "bersentuhan" dengan narkoba sangat berisiko terhadap penularan penyakit HIV/AIDS. Bahkan, dia dua kali berurusan dengan hukum karena narkoba, dan merasakan dinginnya lantai penjara selama hampir empat tahun.
"Karena waktu saya di penjara, narkoba itu 70 persen kena HIV. Kan saya khawatir juga kalau tertular. Jadi untuk memastikan ya, tes. Jadi sekarang lega banget," kata dia.
Kini, Roy mengaku ingin berbagi dengan kebaikan dengan masyarakat. Membuka kesadaran masyarakat, bahwa HIV/AIDS bukanlah persoalan moral belaka. Melainkan sebuah ancaman kemanusiaan yang bisa menyerang siapa saja dengan seribu kemungkinan penyebab penularannya.
KOMENTAR