Bila Anda atau pasangan menderita salah satu penyakit di bawah ini, waspadailah, karena bisa mengganggu aktivitas berintim-intim. Yuk, kita simak bersama paparan di bawah ini dari konsultan seks, Dr. Ferryal Loetan, Sp.RM., MMR.
REMATIK
Keluhan utama berupa rasa nyeri di persendian antar tulang belulang maupun otot, bisa datang kapan saja tanpa kenal waktu, entah pagi buta, tengah malam atau siang bolong. Selain berakibat pada kondisi tubuh secara umum, rematik akan menggangu ereksi pria atau minimal tak memungkinkannya mengambil posisi aktif. Sementara wanita tak bisa bersikap "nyaman", hingga posisi pun jadi amat terbatas. Celakanya, saat serangan datang, meski semula pingin, otomatis libido/keinginan seksual pasti akan menurun. Bila sudah ereksi pun, pasti akan turun dengan sendirinya.
Penderita harus berobat teratur untuk mengatasi gejala yang timbul sekaligus menghindari keluhan yang ada. Disamping harus mulai berpikir dan mencari teknik-teknik baru yang pas dan tak menimbulkan trauma untuk penyakitnya. Soalnya, bukan tak mungkin penderita tak mengalami serangan, tapi begitu ambil posisi tengkurap dengan lutut sebagai tumpuan, serangan pun muncul. Bagaimana sikap dan posisi yang pas serta tetap bisa memuaskan pasangan, tentu harus dikonsultasikan ke konsultan seksologi. "Kalau teknik dan posisi yang tepat sudah ditemukan, frekuensi hubungan tak harus dikurangi, kok."
STROKE
Umumnya berupa kelumpuhan setengah badan, baik kiri maupun kanan, meski kelumpuhan total pun bisa saja terjadi, hingga dari segi medis dikategorikan sebagai kecacatan. Stroke akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan seksual, terlebih bila yang terganggu adalah bagian limbik di otak yang memang mengatur kemampuan seksual seseorang. Di antaranya memunculkan gangguan kejiwaan berupa hiposeks atau malah hiperseks. Dengan begitu, penderita harus mendapat terapi medis, semisal obat-obatan untuk membangkitkan gairah seksual bagi mereka yang hiposeks atau sebaliknya menormalkan kembali bagi yang hiperseks.
Pengobatan makan waktu lama karena harus digali dan diatasi satu per satu. Artinya, bila memang impoten ditangani dulu gangguan impotensinya. Selanjutnya, jika impotensi sudah teratasi, baru dicarikan teknik-teknik khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan perubahan drastis pada fisiknya. Semisal posisi underlying atau side by side yang memungkinkan bagian tak lumpuh tetap bergerak aktif melakukan perangsangan, selain harus menghindari tempat keras yang bisa menambah tingkat kesakitan.
POLIO
Meski sama-sama tergolong kelumpuhan, kemampuan seksual penderita polio umumnya normal karena yang mengalami gangguan bukan otak. Kendati berakibat kecacatan kaki, misal, toh, banyak teknik dan posisi yang bisa dicoba, terutama posisi duduk. Dengan begitu, polio boleh dibilang tak menimbulkan masalah seksual. Apalagi polio umumnya menyerang saat balita atau jauh-jauh hari sebelum perkawinan.
KELUMPUHAN AKIBAT TRAUMA
Terutama akibat kecelakaan/tabrakan, hingga mengalami patah tulang belakang dan kelumpuhan kaki. Bila kelumpuhan hanya menyerang kaki, terapi seksual yang disarankan relatif sama dengan penderita polio. Sedangkan bila kelumpuhan mencapai ketinggian sebatas perut atau malah mencapai tulang leher dan otot dada, kemampuan seksual dipastikan terganggu atau bahkan mati. Kemungkinan besar pria mengalami impotensi atau gangguan ereksi.
Namun tak usah cemas. Toh, impotensi bisa diobati agar tetap bisa memuaskan pasangan atau setidaknya mampu melakukan aktivitas berintim-intim. Bahkan untuk penderita yang sudah payah, dalam arti cuma bisa bernapas dan tergeletak di tempat tidur pun, masih tetap bisa diupayakan terapi khusus. Dengan memasangkan protesa di penis bila memang sudah tak bisa ereksi, misal, hingga tetap bisa berhubungan dengan pasangan yang ambil peran aktif. Kendati untuk memulihkan kehidupan seksual seperti sedia kala sebelum kecelakaan jelas mustahil.
KOMENTAR