Memang, aku Bahdar, gejala serangan angin duduk hampir sama dengan serangan penyakit jantung, yang dinamakan sindroma serangan jantung. Gejalanya memang sulit dibedakan: perut kembung, nyeri di ulu hati, perih menusuk, sering bersendawa, dan sesak napas. "Pasien merasa sedang masuk angin, padahal dia mungkin terserang penyakit jantung."
Untuk membedakan apakah gejala tersebut angin duduk atau serangan jantung bisa dibedakan dari masa serangannya. Angin duduk biasanya berproses cukup lama, bisa mencapai satu minggu, sedangkan sindroma serangan jantung, biasanya singkat, bisa satu atau dua hari. Namun, bila sebelumnya pasien sudah menderita penyakit jantung, bisa saja serangan angin duduk merupakan pemicu terjadinya serangan jantung.
MASUK ANGIN
Istilah ini pun tak dijumpai dalam ilmu kedokteran. Namun, pemakaiannya sudah sangat memasyarakat. Ketika otot pegal-pegal atau mengeras misalnya, masyarakat menganggapnya masuk angin. Padahal, setelah diteliti, di otot yang pegal tersebut tidak ada angin yang terperangkap.
Bahdar menjelaskan, mungkin yang dimaksud awam adalah gejala terperangkapnya angin di dalam rongga pencernaan yang kemudian mempengaruhi perasaan pasien yang akhirnya membuat badan terasa pegal dan tidak enak. Adanya udara yang terasa di seluruh tubuh, mungkin inilah yang dikatakan masuk angin. Namun, Bahdar mengakui, begitu pasien dipijat atau dikerok, keluhan masuk angin itu hilang. "Hal ini memang unik, karena dari apa yang terjadi tidak bisa dibuktikan secara medis."
Berbagai penelitian kesehatan juga membuktikan, pijat dan kerok tidak secara langsung mengeluarkan angin dari bagian-bagian tubuh yang masuk angin. Pijat atau kerok sebenarnya merupakan rangsangan refleks terhadap rongga pencernaan untuk mengeluarkan udara, yang pengeluarannya bisa berupa sendawa atau buang angin. Selain itu, masuk angin biasanya terjadi pada orang yang terlalu letih atau stres, yang menimbulkan rasa nyeri di otot. Otomatis pijat dan kerok bisa merelakskan otot-otot yang tegang.
Namun, Bahdar mengingatkan, agar berhati-hati saat melakukan pengobatan sendiri. "Pijat bolehlah, tapi harus dilakukan oleh orang yang benar-benar pandai melakukannya." anjur Bahdar, "Namun, kalau mengerok, jangan."
Masalahnya, kerok menyebabkan lubang pori-pori menjadi lebih besar. Kerok pun dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah kapiler. "Warna merah yang muncul setelah kulit dikerok bukanlah tanda bahwa angin sudah keluar, tetapi tanda kalau pembuluh darah kapiler sudah pecah." Sulitnya, kerokan sudah sangat memasyarakat dan sering dijadikan pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakit yang diduga sebagai masuk angin tersebut.
DARAH KOTOR
Istilah darah kotor, kata Bahdar, merupakan persepsi salah yang sudah memasyarakat di kalangan awam. Masyarakat beranggapan bahwa darah yang kotor akan menimbulkan bisul, jerawat, kulit kemerahan, dan sebagainya. Persepsi ini semakin diperkuat oleh iklan produk obat tradisional di televisi.
Padahal, dalam dunia kedokteran, darah tidak ada yang kotor. Semua darah bersih dan dapat digunakan dengan baik. Memang, ada darah yang mengandung banyak CO2 (karbon dioksida, hasil dari metabolisme tubuh) dan sedikit O2 (oksigen), biasanya darah yang berada dalam pembuluh darah balik. Dalam dunia medis, darah ini harus melalui proses pembersihan sebelum digunakan untuk metabolisme kembali. "Proses pembersihan ini bukan berarti darah itu kotor, tetapi darah tersebut harus dibebaskan dari CO2 dan harus diisi O2," tegas Bahdar.
Proses pembersihannya, setelah menyuplai beragam zat ke seluruh tubuh, darah kemudian balik ke jantung. Darah yang mengandung banyak CO2 kemudian masuk ke dalam bilik kanan jantung, kemudian dipompa ke paru-paru. Di paru-paru, darah tersebut disaring, CO2 dikeluarkan lewat napas yang keluar dan diisi O2. Setelah itu, darah akan masuk ke bilik kiri jantung dan dipompa ke ginjal. Di ginjal darah dibersihkan lagi dari kandungan racun, seperti kreatinin. Setelah dibersihkan, darah akan menyebar ke seluruh bagian tubuh.
KOMENTAR