Cegah Efek Samping
Seperti halnya imunisasi pada anak-anak, efek samping imunisasi pada orang dewasa juga selalu ada, tidak bisa 100 persen aman. Ini yang disebut KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) atau AEFI (Adverse Events Following Immunization). Akan tetapi, tegas Okki, "KIPI sangat jarang terjadi, karena imunisasi sebetulnya sangat aman, sepanjang semua prosedur dijalankan dengan benar."
Efek samping yang muncul pasca-imunisasi bisa bersifat lokal dan sistemik. Lokal misalnya muncul merah-merah di kulit, atau gatal-gatal di luka bekas suntikan. Sementara efek samping sistemik terjadi di seluruh tubuh, misalnya demam, atau gatal-gatal seluruh tubuh. "Kalau efek sampingnya lokal, dilihat lagi apakah penyuntikannya betul, jarum suntiknya tepat, dan sebagainya."
Selain tempat, efek samping juga bisa dilihat dari durasinya, apakah munculnya akut (cepat) atau kronik (jangka panjang). Misalnya, begitu diimunisasi langsung timbul reaksi, atau baru beberapa hari kemudian muncul gatal-gatal?
Yang harus dilihat pertama kali adalah kondisi pasien, fit atau tidak pada saat vaksinasi. Jika pada saat itu ia sedang demam, pemberian vaksin tentu akan membuatnya makin demam. "Kemudian, apakah klien alergi telur? Bagaimana dengan tenaga kesehatannya, bener enggak nyuntiknya? Alatnya steril, enggak? Pakai sarung tangan enggak? dan sebagainya," jelas Okki.
Untuk mencegah efek samping, maka dibuatlah prosedur baku dengan melakukan check list. Setiap orang yang akan diimunisasi harus di-check list, misalnya apakah ia alergi terhadap telur? "Karena basis dari pembentukan imunoglobin adalah protein yang mirip telur. Kalau alergi telur, klien tidak akan diberi imunisasi, kecuali penting banget. Check list lain misalnya persiapan alat, penggunaan sarung tangan, dan sebagainya. Jika ini dilakukan, maka kejadian KIPI pasti akan bisa dihindari," jelas Okki.
Hati-hati Wanita Hamil
Imunisasi pada wanita yang tidak hamil sebetulnya sama dengan imunisasi pada laki-laki. Salah satu yang penting adalah imunisasi Human Papiloma Virus (HPV) untuk kanker serviks. "Sekarang sudah ditemukan imunisasi HPV yang jenisnya tidak hanya untuk kanker serviks, tapi juga untuk penyakit lain, misalnya penyakit kelamin pada laki-laki," jelas Okki.
Berbeda dengan perempuan yang tidak hamil, vaksinasi tidak dianjurkan pada wanita hamil. Pada saat hamil, terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita, termasuk pada sistem imun, yang menyebabkan wanita hamil rentan terkena infeksi. "Imunisasi pada wanita hamil rentan, karena berhubungan dengan janin di dalam kandungan. Beberapa jenis vaksinasi juga kontraindikasi, seperti Varisela dan MMR. Pemberian vaksin Influenza pada wanita hamil juga harus hati-hati, kecuali pada kondisi yang sangat krusial," jelas Okki.
Jadi, anjur Okki, "Pada saat hamil, pemberian vaksin sebaiknya hati-hati dan kalau bisa dihindari. Ada baiknya, wanita sudah mendapat vaksinasi sebelum kehamilan." Beberapa jenis vaksinasi prakehamilan yang dikenal antara lain MMR, Tetanus toxoid (TT), Hepatitis B, dan HPV.
Hasto Prianggoro
KOMENTAR