Tentunya perubahan fisik ini juga bisa berdampak pada hubungan suami istri yang paling intim. Kendati tak ada batasan untuk berhubungan seksual kecuali bila istri memiliki riwayat kebidanan yang buruk, Nanang tetap mengingatkan para suami agar lebih berhati-hati. (Baca "Boleh Tetap Berintim-intim Selama Hamil?", nakita No.03/I/24 April 1999, hlm. 6-7.)
Hal lain yang harus menjadi perhatian suami ialah tetap mendampingi istri melakukan pemeriksaan rutin kehamilannya. Dengan begitu, segala keluhan istri di trimester kedua ini bisa dibicarakan kepada dokter. Anda pun bisa menanyakan hal-hal yang sekiranya belum dipahami benar, termasuk soal hubungan seksual.
Selain itu, dengan setia mendampingi istri berkunjung ke dokter, Anda pun dapat mengikuti perkembangan janin di kandungannya. "Jika timbul kelainan pada kehamilan sang istri, suami juga bisa tahu. Kelainan pada kehamilan, kan, bisa timbul kapan saja. Misalnya eklampsia. Kita enggak bisa menentukan kapan timbulnya. Bisa saja sewaktu-waktu," terang Nanang sambil mengingatkan untuk suami tetap memperhatikan makanan dan gizi istrinya.
SIAGA DI RUMAH
Memasuki trimester ketiga, beban yang harus dipanggul si calon ibu bertambah berat. Karena tak lama lagi ia akan menghadapi masa persalinan. Anda perlu membekali diri dengan pengetahuan seputar persalinan, yang bisa diperoleh dari dokter kala mendampingi istri memeriksakan kehamilannya maupun lewat buku-buku tentang kehamilan. "Beri istri sugesti bahwa persalinan adalah hal biasa. Yang penting, serahkan semuanya kepada Tuhan," nasihat Nanang.
Yang harus menjadi perhatian, kata Nanang, ialah perkiraan waktu melahirkan dan tanda-tanda persalinan akan tiba. Hal ini bisa ditanyakan kepada dokter.
Dengan demikian Anda tak akan bingung atau panik dan bisa segera membawa istri ke rumah sakit. Dokter juga bisa memberi saran di mana sebaiknya persalinan dilakukan maupun jenis persalinan yang akan dijalani si calon ibu.
Perhatian suami pada triwulan terakhir ini, lanjut Nanang, juga termasuk soal persiapan persalinan yang sebaiknya sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Disarankan sebulan sebelum perkiraan waktu persalinan, segala perlengkapan yang diperlukan istri sudah harus disiapkan. "Jadi, begitu saat persalinan tiba, suami tak akan kebingungan dan repot-repot untuk menyiapkan segalanya," ujarnya.
Terakhir, pesan Nanang, suami hendaknya selalu siaga di rumah. "Meski perkiraan waktu persalinan sudah diketahui, tapi kita, kan, tetap tak tahu kapan pastinya si jabang bayi akan lahir. Kecuali bila kelahiran direncanakan lewat bedah caesar. Karena itu suami perlu siaga di rumah. Dengan demikian, beban istri pun dapat dikurangi," tutur spesialis kebidanan & kandungan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang ini.
Dan ketika saat persalinan tiba, hampir bisa dipastikan, istri Anda sungguh-sungguh telah siap, baik fisik maupun mental. Berkat perhatian dan dukungan Anda yang tulus selama kehamilannya.
Calon Ayah Yang Perhatian
Dukungan calon ayah, bukan hanya akan menenteramkan si calon ibu, juga akan membuat sang jabang bayi bertumbuh sehat dan optimal.
* Pastikan istri Anda mendapatkan perawatan medis yang baik sejak awal kehamilannya. Dukung ia menepati semua jadwal kunjungannya ke dokter.
* Bantu ia mengikuti anjuran diet terbaik. Bila perlu, Anda pun melakukannya. Dengan begitu, selain istri lebih setia mengikuti diet, Anda pun mendapatkan manfaat bagi kesehatan Anda.
* Pastikan istri Anda tak mengkonsumsi zat-zat yang dapat membahayakan kehamilannya seperti alkohol, obat-obatan, dan tembakau. Anda pun sebaiknya berpantang, setidaknya saat Anda berada di hadapannya.
* Kurangi stres fisik dan emosi istri. Tak ada salahnya Anda membantu istri mengerjakan tugas-tugas rumah tangga yang biasanya ia lakukan. Dukung ia agar mau mengurangi beban kerjanya.
* Kenali tanda-tanda kemungkinan masalah pada kehamilan dan masa pascalahir. Bila istri Anda tampak mengalami tanda-tanda tersebut, segeralah bertindak. Bila perlu, hubungi dokter atau bawa dia ke rumah sakit.
* Anda mungkin memiliki ketakutan-ketakutan tertentu akan kehamilannya. Bagikan perasaan itu kepada istri. Siapa tahu ia juga punya perasaan yang sama. Dengan demikian akan meringankan beban Anda berdua, atau setidaknya membuat beban Anda lebih ringan.
* Jangan berpikir bahwa apa yang Anda lakukan terhadap istri sebagai pengorbanan. Ingatlah, pengorbanan istri jauh lebih besar demi bayi Anda.
Hasto Prianggoro/nakita
KOMENTAR