Penelitian menunjukkan, calon ibu yang persalinannya didampingi suaminya lebih jarang mengalami depresi pasca-salin (post partum blues) ketimbang mereka yang tidak didampingi. Penelitian lain menyebutkan, kehadiran suami saat persalinan ternyata membuat waktu persalinan jadi lebih singkat.
"Nyeri juga jadi berkurang. Robekan jalan lahir ternyata juga lebih jarang. Jadi, jalan lahir lebih elastis. Bayangkan, perasaan nyaman dan bahagia ternyata punya efek demikian," urai Dr. Sugi Suhandi Iskandar, Sp.OG dari RS Mitra Kemayoran, Jakarta.
Ya, peran suami saat istri hamil dan melahirkan ternyata tidak bisa diremehkan. Pengaruhnya sangat banyak. "Bayi yang dilahirkan pun, menurut penelitian, jauh lebih kuat. Nilai APGAR-nya jauh lebih baik. Jadi, keuntungannya sangat banyak," terang Sugi.
Suami sendiri, lanjutnya, "Bisa menjadi coach bagi istri. Misalnya, saat istrinya melahirkan, ia bisa memberi pijatan ringan di punggung atau membimbing istrinya bernapas." Dan ternyata, ini sangat membantu proses persalinan.
BERI DUKUNGAN
Kehamilan yang seharusnya adalah kehamilan yang direncanakan. "Kadang ada suami yang tidak setuju istrinya hamil. Ini tentu tidak boleh. Apa pun yang terjadi dengan proses reproduksi istri, suami harus mendukung 100 persen," tandas Sugi.
Apalagi, masa-masa kehamilan merupakan masa-masa sulit bagi istri. "Muatan stresnya besar. Kalau diambil skala stres 0-100, kehamilan ada di skala 40. Jadi, kalau merasa tidak mendapat dukungan, lama-lama calon ibu bisa sebal pada kehamilannya. Apalagi, pada kehamilan yang tidak diinginkan. Bisa-bisa wanita menggugurkan kandungannya."
Setelah ketahuan hamil, dukungan suami juga sangat penting. "Saat hamil merupakan saat sensitif bagi seorang wanita. Jadi, sebisa mungkin ciptakan suasana yang mendukung perasaan istri. Misalnya, mengajak jalan-jalan ringan sambil ngobrol, bicara halus dan positif, dan sebagainya. Ini akan membuat istri merasa nyaman, selain juga semakin mempererat hubungan suami-istri."
Menemani istri ke dokter untuk pemeriksaan kehamilan juga tak kalah penting. "Suami juga akan mendapat informasi, sehingga ia akan lebih siap menghadapi kehamilan dan persalinan istrinya." Ada baiknya suami juga membaca literatur tentang kehamilan dan bukan bersikap masa bodoh.
"Suami akan belajar banyak tentang kehamilan istrinya. Istri juga akan merasa lebih aman dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya," ujar Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC dari Jagadnita Consulting. Ini juga akan membuat suami tak panik seandainya terjadi sesuatu pada kehamilan istrinya.
EFEK BAGI JANIN
Kehadiran suami atau calon ayah ternyata juga berpengaruh terhadap perkembangan janin. "Janin mulai bisa mendengar dengan jelas sejak minggu ke-20. Nah, sebaiknya janin tak hanya mendengarkan suara ibunya. Suara ayah pun sebaiknya sudah mulai dikenalkan," ujar Clara seraya melanjutkan, "Dengan begitu, afeksi mulai dibangun sejak anak ada dalam kandungan."
Yang tak kalah penting, membangun suasana positif. Kata-kata yang bernada marah, kata-kata yang menggambarkan ibu yang stres atau depresi, atau keluhan akibat banyaknya masalah, sebaiknya jangan diucapkan di "depan" janin.
KOMENTAR