Yang tak boleh dilupakan adalah tokoh idola dari film-film yang ditonton si Upik karena ia pun bisa menyerapnya dari mereka. Namun identifikasi semacam ini, menurut Lidia, sifatnya sesaat, yaitu yang mewarnai tingkah lakunya dalam jangka waktu pendek. "Berbeda dengan identifikasi pada ibu, biasanya bersifat jangka panjang."
Jadi, Bu, tak usah khawatir bila si Upik tengah gandrung-gandrungnya pada Saras OO8 sampai segala tingkah lakunya meniru sang tokoh, misalnya. Toh, pada tokoh-tokoh ini yang terjadi adalah peniruan sesaat, sedangkan identifikasi yang diambil dari ibu akan terus melekat pada diri si Upik sampai ia dewasa. Itulah mengapa, identifikasi pada sang tokoh lebih banyak ke peniruan fisik, sedang identifikasi pada ibu ke karakter atau hal-hal yang lebih bernilai dan berkaitan dengan moralistik.
Kendati demikian, tak berarti ibu boleh tenang-tenang saja karena si Upik bukan hanya akan menyerap hal-hal bagus tapi juga jeleknya. "Sering, kan, kita dibuat terkejut ketika anak tiba-tiba berteriak latah. Mana latahnya dengan menggunakan kata-kata jorok segala," ujar Lidia. Untuk itu orang tua harus segera turun tangan, "Eh, Kakak ngomong begitu siapa yang mengajari? Tak boleh begitu, ya. Itu tidak sopan."
Dengan kata lain, ibu harus benar-benar berfungsi sebagai pelurus jalan anak. Disamping, lanjut Lidia, "anak juga diusahakan untuk diminimalkan dari pengaruh luar yang memberi dampak buruk tersebut." Misalnya, dengan mendampingi si Upik saat ia menonton tokoh idolanya beraksi di layar kaca.
Atau, bila si Upik menyerap nilai-nilai buruk dari teman-temannya, cari tahu siapa orangnya, lalu minta pengasuhnya untuk tak mengajak si Upik sering-sering main dengan temannya tersebut karena si teman suka mengajarkan hal-hal yang jelek. Dalam kaitan ini, Lidia tak keberatan jika ibu hendak menerapkan punishment dan rewards buat anak. Jadi, bila si Upik tak meniru hal-hal yang buruk lagi, berikanlah rewards.
Sebaliknya, bila ia masih meniru hal-hal buruk tersebut, berilah punishment dalam bentuk menghilangkan atau menunda sesuatu yang berarti buatnya. "Kalau ia suka main boneka, misalnya, laranglah ia main boneka disertai penjelasan kenapa ia dilarang." Lidia yakin, dengan banyak pendampingan dan menerapkan punishment serta rewards, biasanya pengaruh buruk tersebut akan segera teratasi. Apalagi, identifikasi semacam ini tak berlangsung lama karena lebih banyak sebagai peniruan.
TITIP NILAI-NILAI KEPADA PENGASUH
Nah, Bu, sudah lebih paham, kan, betapa penting peran kita dalam proses identifikasi ini. Tapi jangan salah, lo, si Upik tak akan begitu saja beridentifikasi pada ibu apabila ibu tak memiliki kedekatan yang intens dengannya. Pasalnya, terang Lidia, identifikasi diperoleh dari hal rutin yang dekat dengan keseharian anak. Jadi, bila ibu tak banyak terlibat dengan si Upik, bisa-bisa peran ibu dalam memberikan figur buatnya akan tergeser oleh orang lain yang lebih terlibat dengannya; entah tantenya, neneknya, atau justru pengasuhnya.
Nah, bila ibu tak ingin hal demikian terjadi, maka ibu harus secara intens terlibat dengan si Upik. Jika ibu bekerja, berarti ibu harus meningkatkan kualitas pertemuan dengan si Upik karena tak mungkin bisa selalu berada bersamanya. Selain itu, anjur Lidia, "carilah pengasuh yang bisa sejalan dengan konsep ibu karena akan lebih safe bila yang dipasrahi anak kita adalah seseorang yang tak bertentangan dengan kita."
Dengan demikian, nilai-nilai kita akan tetap tertanam pada anak. Sayangnya, tak mudah menemukan orang yang benar-benar bisa sejalan dengan kita. Bila demikian, kita bisa menitipkan pada si pengasuh atau pembantu yang sehari-hari mengurus si Upik agar mengajarkan nilai-nilai yang hendak kita tanamkan. "Jadi, ibu tak lepas begitu saja." Walaupun tetap saja ada hal-hal dari pengasuhnya yang akan terserap juga oleh si Upik karena, bagaimanapun memang tak akan bisa 100 persen; pasti akan tetap ada bolong-bolong sedikit. Tapi, seperti sudah disinggung di atas, selama ibu tetap bisa menjadikan dirinya sebagai figur buat si Upik, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan. Nilai-nilai yang lebih internal tetap saja akan ditiru si Upik dari kita, ibunya. Iya, kan?
Indah Mulatsih
KOMENTAR