Jangan anggap sepele jika si kecil mencret-mencret. Apalagi bila disertai muntah. Tak ada hal lain yang harus dilakukan kecuali ke dokter.
Diare adalah keluarnya kotoran encer yang lebih sering dari biasanya. Para ibu/ayah harus bisa membedakan mencret biasa dengan diare. Menurut dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, pediatrik pada bagian kesehatan anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo, mencret berbeda dengan diare. "Mencret itu keluarnya kotoran yang berupa cairan. Sedangkan disebut diare bila mencretnya tiga kali atau lebih. Kotorannya tidak berbentuk alias cair."
Diare ini, menurutnya, dapat berupa cairan yang berlendir, bisa juga ada darahnya. "Tapi kalau baru mencret sekali, sudah ada darahnya, wah, jangan ambil risiko, segera bawa ke dokter," Waldi menambahkan.
PENYAKIT LANGGANAN
Bayi neonatus(baru lahir) sampai kira-kira satu tahun paling sering mengalami diare. Tapi, tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak yang lebih besar. Sebetulnya tidak terlalu membahayakan, tetapi tetap harus waspada jangan sampai si kecil kekurangan cairan, karena akibatnya bisa fatal.
Diare terjadi merupakan penolakan tubuh terhadap kuman atau benda lain yang membahayakan saluran pencernaan. Penyebab diare sangat beragam. Umumnya terjadi karena infeksi bakteri, virus dan amuba. Bisa juga karena salah mengkonsumsi makanan. Bakteri yang menyebabkan diare berasal dari jenis Enterocoli, Shigella, Salmonella, atau Stafilococus Enterocolitis. Sedangkan yang disebabkan oleh virus, kebanyakan berasal dari jenis Enterovirus.
Kendati bayi hanya menyusui ASI, bisa saja terjadi mencret berulangkali. Tapi itu bukan diare. Umumnya, bayi yang minum ASI buang air, empat atau lima kali sehari berupa cairan lembek. "Justru ASI kekhasannya adalah membuat berak menjadi lembek sampai cair dan berubah-ubah warna. ASI tidak menyebabkan diare, karena higienis," jelas Waldi. Itulah sebabnya, saran Waldi, jangan berhenti memberi ASI, kendati si kecil berulangkali mengeluarkan kotoran yang cair atau berlendir yang diindikasikan sebagai diare.
Ibu harus lebih hati-hati saat si kecil sudah diberi makanan dan susu tambahan. Sebab si kecil bisa terkena diare lebih besar dibandingkan bayi yang hanya menyusui ASI. Bisa jadi lantaran anak alergi pada susu formula atau makanan tambahannya. Bisa juga makanan tersebut tercemar, karena kurang higienis.
Diare pun bisa diakibatkan oleh adanya Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA). Sebaliknya diare juga bisa menyebabkan ISPA atau penyakit-penyakit lain. "Itu sebabnya, diare tidak boleh dianggap ringan. Karena bisa menyebabkan penyakit-penyakit lain," kata Waldi mengingatkan.
PENANGANAN SENDIRI
Sebenarnya cukup mudah mendeteksi apakah si kecil terkena diare. Bila bayi beberapa kali mengeluarkan kotoran berupa cairan, disertai rewel mungkin ia diare. Juga bila ia sudah memperoleh makanan tambahan, besar kemungkinan si kecil diare jika buang air besar lebih sering dan berupa cairan.
Pada kondisi tertentu diare bisa berakibat fatal. Karena itu orang tua perlu waspada. Segera bawa ke dokter bila sakit perut si kecil terus menerus berlangsung selama 6 jam atau lebih. Apalagi jika disertai muntah, tak mau minum, lemas, mata nampak cekung.
Tapi, Waldi mensinyalir, masih banyak dokter yang malah memberikan antibiotik sebagai langkah pertama begitu tahu pasiennya terkena diare. Sementara orang tua tidak tahu tentang penggunaan obat-obat pada diare. "Kalau diberikan obat antibiotik bisa jadi sakitnya makin parah," tegas Waldi.
Yang perlu dilakukan adalah terus menerus berupaya agar tak sampai terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Bila ia masih menyusui, tetap memberinya ASI. Bila sudah agak besar, berikan oralit terus menerus, sedikit demi sedikit, untuk mengganti cairan yang hilang. Ada baiknya para ibu selalu menyediakan oralit di rumah. Saat ini sudah tersedia oralit dalam bentuk cairan dalam kemasan botol. "Komposisinya lebih bagus untuk bayi dan balita," terang Waldi.
Bila oralit tidak tersedia, ibu/ayah bisa memberikan larutan gula garam. Larutan ini berkomposisi 1:1/2, yaitu satu sendok teh gula, setengah sendok teh garam dicampur dengan segelas air. Larutan ini aman dikonsumsi semua usia. Atau boleh juga diberikan air sayur, kaldu, air putih bila anak menolak oralit.
Pada diare pemberian susu formula biasanya harus dihentikan sementara. Dinding usus yang terinfeksi untuk sementara tidak dapat mencerna susu formula dengan baik. Bila tetap ingin memberikan susu, boleh diganti dengan susu formula yang khusus dibuat untuk anak-anak yang sedang diare. Susu ini sudah dikurangi kadar laktosanya. Sedangkan pada bayi yang masih menyusui ASI, jangan menghentikan pemberian ASI. Justru ASI, menurut Waldi, malah dapat dijadikan andalan untuk menyuplai kebutuhan cairan anak yang terbuang gara-gara diare. Bahkan di dalam ASI, terkandung zat-zat antibiotik dan anti kuman yang bisa "mencuci" pencernaan. Fungsinya malah membersihkan sistem pencernaan yang sedang sakit.
Jaga juga agar tak memberi makanan yang merangsang timbulnya sakit perut. Untuk sementara waktu, berilah makanan lembek agar si kecil mudah mencernanya.
Diare diharapkan sudah reda dalam waktu tiga hari sampai satu minggu. "Tidak boleh lebih. Kalau dalam satu minggu belum juga berhenti, pasti ada hal-hal lain yang perlu diobservasi lebih lanjut", kata Waldi.
PENCEGAHAN TERBAIK
Mencegah diare tidaklah sulit. Yang terpenting pola hidup bersih dan sehat diterapkan di rumah. Baik itu makanan maupun lingkungan bermainnya.
Selalu mencuci tangan sebelum merawat atau melakukan kontak dengan bayi. Bukan cuma buat Ibu tapi juga berlaku bagi seisi rumah. Anda/pengasuhnya wajib menstrerilkan peralatan makan/minum si kecil. Jika si kecil masih menyusui, jagalah puting susu dengan cara selalu membersihkannya dengan kapas yang dicelup air hangat setiap kali akan menyusui.
Kemudian, yang tak kalah penting selalu membersihkan mainan si kecil secara berkala. Anda tentu tahu si kecil selalu doyan menggigit mainan atau apa saja yang berada di dekatnya. Bahayanya kalau mainan/benda itu kotor dan mengandung kuman.
Nah, kalau semua bersih, kuman pun takut mendekat.
Santi Hartono/nakita
KOMENTAR