Mengingat sumber gangguannya sangat beragam, yang lebih dulu harus dicari adalah penyebab utamanya. Pada beberapa kasus, semisal sperma jelek atau ada kelainan bentuk, tidak dapat diperbaiki.
Jika infertilitas pria berasal dari masalah anatomi atau infeksi, pengobatannya berupa koreksi pada masalah utamanya. Misalnya, pada saluran yang tersumbat diupayakan pelebaran saluran melalui operasi. Kalau masalahnya berupa disfungsi seksual, pengobatannya berupa pendidikan, konseling atau terapi (seperti pada teknik seksual, frekuensi hubungan seks, dan fisiologi reproduksi). Juga diberikan nutrisi yang baik berupa vitamin tambahan.
Cara terapi lainnya adalah menjalankan pola hidup sehat, seperti konsumsi makanan sehat, cukup olahraga, menghindari penyakit menular seksual, dan menciptakan ketenangan psikis. Cara-cara seperti ini membantu mengatasi kualitas sperma yang kurang baik dan menjaga alat kelamin dari lingkungan panas dan radiasi.
Dengan pola hidup sehat, secara tak langsung kaum pria telah menjaga fungsi testis. Fungsi testis itu diatur oleh poros Hipotalamus yang menghasilkan hormon pelepas Gonadotropin (GnRH). Selanjutnya GnRh inilah yang akan merangsang kelenjar hipofisa menghasilkan hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Pria yang menderita penurunan level FSH (yang menstimulasi pembentukan sperma) dapat merespon pada pengobatan dengan vitamin B. Sedangkan yang mengalami penurunan LH (yang membantu pematangan sel sperma) bisa memberi respon pada terapi chorionic gonadotropin (substansi hormonal yang menstimulasi fungsi testikular).
Pria dengan tingkat LH normal atau tinggi memerlukan dosis testoteron yang rendah. Dengan penurunan tingkat testosteron, mengurangi motilitas sperma, dan jumlah sperma yang rendah akan memberikan respon terhadap chorionic gonadotropin.
BAYI TABUNG
Jika kelainan yang ada tak bisa dikoreksi, harapan memiliki keturunan hanya bisa dilakukan dengan inseminasi buatan. Bisa dengan cara inseminasi buatan dari suami (artificial insemination by husband/AIH) atau inseminasi dari donor (artificial insemination by donor/AID) jika kerusakan yang terjadi sangat parah sehingga tak bisa dikoreksi.
Program inseminasi buatan dilakukan dengan teknik ICSI (Intracyplasmic Sperm Injection). Teknik ini dilaksanakan bila hanya terdapat sedikit sel sperma yang bergerak saat ejakulasi. Sperma ini lalu dicuci dan dipilih yang terbaik. Dengan menggunakan jarum yang sangat kecil dan halus, sperma yang terpilih tadi kemudian disuntikkan ke dalam sitoplasma sel telur.
Pada hari kedua sejak penyuntikan sel sperma ke dalam sel telur, barulah bisa diketahui apakah terjadi pembuahan. Satu hari kemudian baru terbentuk embrio yang siap dimasukkan ke dalam rahim. Embrio yang baik biasanya berbentuk bulat, mengkilat, berwarna biru, serta pembelahan selnya bagus. Sedangkan embrio yang lain disimpan (kriopreservasi) dan dapat digunakan jika istri kelak membutuhkan lagi.
Kemajuan teknologi saat ini memang memungkinkan untuk tetap memiliki keturunan. Yang harus diingat, semua itu cuma alat bantu karena segala sesuatunya ada yang mengatur dan menentukan: Yang Maha Kuasa.
Riesnawiati Soelaeman
KOMENTAR