Gemuk itu sehat? Bisa ya, bisa benar. Benar jika gemuk dianggap sebagai tercukupinya kebutuhan gizi, dibanding jika seseorang kurus kering. Tapi pendapat ini bisa jadi salah bila gemuk menjadi berlebihan, hingga menjadi kegemukan atau lazim pula disebut obesitas. Kenapa? Karena orang yang mengidap obesitas biasanya mengalami peningkatan risiko terserang berbagai penyakit dan gangguan kesehatan. Inilah beberapa di antaranya yang paling sering jadi ancaman.
1. GANGGUAN JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Obesitas merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung, karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya, napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung.
2. GANGGUAN FUNGSI PARU-PARU.
Lagi-lagi timbunan lemak menjadi pemicu masalah. Pada pengidap obesitas, timbunan ini dapat menekan saluran pernapasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya, henti napas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan gagal jantung juga dan berujung dengan kematian.
3. MENYEBABKAN DIABETES DAN PENINGKATAN KOLESTEROL
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya penyakit kencing manis (diabetes melitus). Ini disebabkan timbulnya gangguan fungsi insulin pada pengidapnya.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh. Fungsinya antara lain memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat.
Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserida, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik).
Peningkatan kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan stroke.
4. GANGGUAN PERSENDIAN
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi, diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi.
5. GANGGUAN SISTEM HORMONAL
Obesitas ternyata juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme), dan gangguan siklus menstruasi.
Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat. Akibatnya terjadi hirsutisme (tanda maskulinisasi). Misalnya jerawatan, distribusi bulu2 di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki.
Pada wanita, obesitas juga peningkatan risiko timbulnya batu empedu. Ini terjadi karena cairan empedu menjadi lebih kental.
6. MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT GANAS
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause, obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar (kolorektal).
7. GANGGUAN PSIKOLOGIS
Orang dengan obesitas juga seringkali mengalami gangguan psikologis berupa rasa rendah diri, keadaan depresi, bahkan bisa terkucil dari pergaulan sosial. Terlebih lagi bila lingkungan di sekitarnya tidak memberi dukungan, melainkan lebih banyak memperolok-olok kegemukannya.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OBESITAS
Obesitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Yang terutama adalah:
1. Faktor genetik
Genetik berarti secara keturunan seseorang mempunyai potensi untuk menjadi obes. Biasanya sejak masih anak-anak sudah bertubuh gemuk. Anak-anak dari orang tua yang gemuk, cenderung menjadi gemuk juga, terutama bila kedua orang tuanya gemuk.
2. Faktor lingkungan
Aktivitas kurang bisa menyebabkan badan bertambah gemuk. Pada anak atau remaja yang gemuk, karena tersingkir dalam pergaulan, mereka jadi enggan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, misalnya.
Kurangnya aktivitas fisik ini juga bisa disebabkan oleh gaya hidup malas. Misalnya malas berjalan, malas naik tangga, dan sebagainya.
Faktor lingkungan lainnya adalah banyaknya makanan yang mengandung gula dan lemak jenuh.
3. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang menyebabkan seseorang mengidap obesitas. Misalnya saja hipotiroidisme, sindroma Cushing, kelainan
hipotalamus, dan beberapa lagi sindroma genetik (penyakit bawaan). Umumnya obesitas timbul karena penyakit-penyakit tersebut menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal dalam tubuh yang pada akhirnya menyebabkan penimbunan lemak tubuh.
SEBAIKNYA TURUN BERTAHAP
Untuk melakukan penanganan yang baik dan aman menurut standar ilmu kedokteran maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor penyebab obesitas. Sebab penanganannya tentu saja berbeda-beda untuk penyebab yang berbeda.
Di situlah pentingnya melakukan konsultasi kepada dokter, khususnya seorang dokter gizi. Seorang dokter gizi akan melakukan berbagai pemeriksaan, yang antara lain bertujuan mengetahui secara tepat, berapakah sebenarnya kebutuhan kalori dan kebutuhan makronutrien (karbohidrat protein, dan lemak) seseorang.
Setelah mengetahui besarnya kebutuhan, selanjutnya dokter akan memberikan preskripsi diet yang sesuai. Misalnya diet 1.000 kalori, protein 50 gram, lemak 25 persen, dan karbohidrat 55 persen. Juga perbandingan protein jenis hewani atau nabati. Begitu pula lemaknya jenis lemak tak jenuh ganda, lemak tak jenuh tunggal, atau lemak jenuh dengan perbandingan tertentu pula.
Preskripsi diet tersebut selanjutnya akan diterjemahkan menjadi bentuk bahan makanan dan cara pengolahannya. Dengan mengikuti nasihat dari dokter, diharapkan akan terjadi penurunan berat badan secara bertahap, bukan penurunan berat badan drastis secara instan yang kemudian diikuti kenaikan berat badan lagi.
RUMUS PENENTU OBESITAS
Yang dimaksud dengan obesitas adalah keadaan terdapatnya cadangan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga merugikan kesehatan. Timbunan lemak berlebihan tersebut terjadi akibat ketidakseimbangan antara intake (asupan energi dari makanan) dan output (keluaran energi dari aktivitas). Lalu apa bedanya dengan overweight? Yang terakhir ini adalah kelebihan berat badan relatif terhadap tinggi badan
Cara sederhana untuk mengetahui apakah seseorang termasuk golongan overweight atau obesitas adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dapat dihitung dengan rumus berikut ini: berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat/pangkat dua tinggi badan (dalam meter).
Ambil contoh seorang dengan berat badan 75 kg, tinggi badan 170 cm (= 1,7 m), maka IMT orang tersebut adalah 75 : (1,7 x 1,7) = 25,95. Nah, angka akhir ini menunjukkan dalam golongan manakah dia berada. Makin berat obesitasnya, makin besar pula risiko terserang penyakit dan gangguan kesehatan.
Untuk jelasnya lihat tabel ini.
Dok. Nova
KOMENTAR