Pada awalnya, meski berlemak, keringat tidak berbau. Setelah proses penguraian oleh bakteri, timbul pelepasan hasil sampingan yang menimbulkan bau.
"Bakteri yang pada dasarnya sudah berada di permukaan kulit ini akan semakin aktif apabila banyak sisa keringat yang tidak menguap. Inilah mengapa pada beberapa orang, aktivitas berat tertentu dapat menimbulkan bau badan yang menyengat," kata dr. Vinnia Ardiani Permata, Sp.KK dari Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta.
Tentu saja, bukan berarti kita harus menghindari aktivitas berat untuk menghindari bau badan. Yang terpenting adalah mengetahui sebab-sebab bau badan dan cara mengatasinya.
Penyebab bau badan beragam, di antaranya gejolak emosi berlebihan seperti stres, gugup, gelisah dan sebagainya. Selain memengaruhi metabolisme tubuh secara keseluruhan, ini juga memengaruhi kelenjar apokrin bekerja lebih produktif. Inilah sebabnya bau badan orang stres lebih tajam. Ditambah lagi, akibat psikis yang tertekan maupun depresi akan menimbulkan rasa malas, sehingga kebersihan dan kesegaran tubuh tak diperhatikan. Akibatnya, bakteri penyebab bau badan pun semakin aktif menghasilkan bau badan.
Selain itu, faktor kebersihan juga bisa jadi pemicu. Keringat yang dihasilkan kelenjar apokrin setelah aktivitas berat sebaiknya segera dikeringkan dengan handuk atau kain kering. Jika tidak segera menguap, lemak yang terkandung dalam keringat dan melekat terlalu lama di permukaan kulit akan diurai oleh bakteri sehingga menimbulkan bau.
Bau badan ini akan semakin tajam seiring aktivitas bakteri pengurai yang terdapat di permukaan kulit. Bakteri pada permukaan kulit ini menghasilkan amonia dan asam lemak rantai pendek dari penguraian lemak yang tadinya tak berbau. "Inilah sebabnya keringat dapat berubah menjadi berbau asam dan tak tak sedap," lanjut Vinnia.
Laili Damayanti
KOMENTAR