"Bila anak mengkonsumsi makanan melebihi kebutuhan tubuhnya, akan terjadi keseimbangan positif berupa obesitas atau kegemukan," terang Dadang. Sebaliknya, anak yang mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhannya akan timbul keseimbangan negatif berupa undernutrition atau kekurangan gizi.
Perlu diketahui, gizi seimbang untuk anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain, jenis kelamin, umur, berat dan tinggi badan, aktivitas, serta keadaan lingkungan. Jadi, Bu-Pak, bila si kecil berusia 2 tahun, maka gizi seimbang yang dibutuhkannya akan berbeda dengan anak usia 5 tahun, misalnya.
Namun yang jelas, setiap anak harus mengkonsumsi makanan mengandung zat gizi penghasil energi seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat banyak terdapat pada nasi, roti, mi, umbi-umbian, atau jagung. Protein diperoleh dari ikan, ayam, daging, telur, susu, tahu, dan tempe. Sedangkan lemak didapatkan dari makanan sumber lemak hewani dan minyak.
"Energi yang dihasilkan dari zat gizi penghasil energi ini digunakan oleh sel tubuh untuk metabolisme, aktivitas fisik sehari-hari, dan pertumbuhan anak," terang Dadang. Jadi, bila anak tak mengkonsuminya, ia akan mengalami gangguan keseimbangan energi.
Tapi bila kebutuhan energi anak sudah terpenuhi, lanjut Dadang, yang harus diperhatikan ialah kandungan kualitas dan jumlah protein di dalam makanannya karena protein yang dikonsumsi akan digunakan untuk pertumbuhan. "Protein yang mengandung asam amino esensial lengkap, baik kualitas maupun jumlahnya, akan mendukung pertumbuhan anak. Sedangkan protein yang mengandung asam amino tak lengkap tak dapat mendukung pertumbuhan," terangnya.
Disamping makanan mengandung zat gizi penghasil energi, anak juga harus mengkonsumsi makanan mengandung mineral, vitamin, dan serat.
Nah, untuk mendapatkan gizi seimbang seperti diuraikan di atas, tentunya kita tak bisa memperolehnya hanya dari satu bahan makanan saja. Soalnya, tak ada bahan makanan yang sempurna atau komplit. "Bisa saja bahan makanan yang satu mengandung zat gizi tertentu dalam jumlah banyak, namun zat gizi lainnya sangat sedikit," tutur Dadang. Itulah mengapa, selain makanan anak harus memenuhi gizi seimbang, juga harus beragam dan bervariasi. Tinggal bagaimana kita mengaturnya agar si kecil bisa mendapatkan asupan gizi sesuai kebutuhannya. Bukan begitu, Bu-Pak?
PROSES PENYERAPAN MAKANAN
Dadang menganjurkan agar kita mengatur jadwal makan anak dengan jarak kira-kira setiap 4 jam. Pasalnya, makanan yang dikonsumsi anak masuk ke dalam lambung, kemudian meninggalkan lambung berlangsung 4 jam setelah selesai makan. "Saat itulah lambung akan kosong dan menyebabkan rasa lapar," terangnya.
Dari lambung, makanan lalu masuk ke dalam usus halus dan mengalami proses pencernaan serta penyerapan setelah 9 jam selesai makan. Selanjutnya, makanan yang diserap usus halus masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Makanan yang berada di dalam darah, terutama gula darah, akan terus dipertahankan agar suplai glukosa ke sel otak tetap terpenuhi karena metabolisme sel otak sangat tergantung pada glukosa. "Bila gula darah rendah, sel otak tentu akan kekurangan suplai makanan untuk metabolismenya. Ini sering menimbulkan rasa pusing dan lemas serta keluar keringat dingin."
Cepat-lambatnya makanan meninggalkan usus dan masuk ke dalam darah tergantung dari kandungan zat gizi dan cara pengolahan makanan tersebut. "Lemak dan protein merupakan makanan yang sulit dicerna sehingga akan tinggal lama di dalam usus dibanding karbohidrat. Sedangkan karbohidrat merupakan makanan yang mudah diserap dibanding lemak dan protein," terang Dadang.
Itulah mengapa, anak yang mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak dan protein cukup tak akan merasa cepat lapar. Sedangkan anak yang mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat cukup gula darahnya akan tetap stabil. "Kombinasi makanan yang mengandung zat gizi penghasil energi dalam jumlah seimbang inilah, yang membuat usus anak tetap terisi dengan baik dan gula darahnya stabil," lanjut Dadang.
Hal lain yang mempengaruhi penyerapan makanan oleh usus adalah pengolahan makanan. Bubur, misalnya, lebih mudah diserap dibanding nasi. Contoh lain, nasi goreng lebih lama diserap dibanding nasi karena diolah dengan menggunakan minyak.
KOMENTAR