Ayah, berilah perhatian pada bayi. Peran Anda sangat besar untuk membentuk bayi menjadi pemberani dan mandiri.
Selama ini banyak orang berpendapat, ibulah yang paling memegang peranan penting dalam tumbuh kembang bayi. Memang, sih, pendapat itu tak salah, karena ibulah yang paling banyak terlibat pada perkembangan bayinya. Ibu yang mengandung, merasakan perubahan fisiologis dan anatomis saat hamil hingga melahirkan.
Jadi, tak salah bila ibu punya peranan penting. Tapi bukan berarti ayah tak punya peranan, lo. Bukankah si kecil merupakan hasil "kerja sama" berdua? Oleh karena itu, secara emosional, ayah pun terlibat dalam tumbuh kembang bayi. Lagi pula, bukankah suami dan istri adalah mitra sejajar? Jadi, ayah dan ibu sebenarnya juga mitra sejajar dalam tumbuh kembang anak. Terlebih lagi, seperti dikatakan Lidia Hidajat, MPH, usia 0-1 tahun merupakan masa penting untuk tumbuh kembang anak. "Ayah dapat berperan besar dalam segi emosional, intelektual, sosialisasi, hingga pembentukan self esteem bayi," jelas piskolog dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta ini.
DASAR RASA PERCAYA
Dari segi emosional, ayah sangat memegang peranan untuk pembentukan basic trust (dasar rasa percaya) bayi. Menurut Erik H. Erikson, tokoh psikologi perkembangan, pada awal-awal kehidupan bayi harus terbentuk basic trust. Kehangatan dan kasih sayang yang didapat bayi akan mempengaruhi apakah nantinya ia akan percaya dengan seseorang atau tidak. Bukankah bayi sangat peka?
Jika ia merasa seseorang tak sepenuh hati menyayanginya, ia enggak bakalan mau digendong orang itu. Jadi, bila pada usia 0-1 tahun tak dapat terbentuk basic trust, setelah dewasa kelak dikhawatirkan ia tak akan percaya dengan orang lain, gampang curiga, dan tak mudah bersosialisasi. "Ada beberapa orang seperti ini yang memang sulit untuk menjalin relasi. Setiap bertemu dengan seseorang, ia akan mikir-mikir, 'Aku aman enggak, ya, sama orang ini'," tutur Lidia. Tentu saja, diakui Lidia, pembentukan basic trust bukan 100 persen hanya dipengaruhi oleh ayah. "Faktor lain seperti ibu dan lingkungan juga berperan."
Namun dalam pemberian basic trust yang pertama ini, ayahlah yang berperan cukup besar. Penting diketahui, basic trust tak bersifat sementara, tapi juga jangka panjang, apakah dengan ayahnya ia menaruh kepercayaan atau tidak. Selain itu, jelas Lidia, adanya ikatan batin antara ayah dengan bayi juga tergantung dari kontak antar mereka. "Itulah mengapa usia 0 sampai 1 tahun ini merupakan saat kritis untuk bayi," ujarnya.
LEWAT BERMAIN
Ayah juga punya peran besar dalam pembentukan intelektual bayi. Malah ada yang mengatakan, peran ayah lebih besar ketimbang peran ibu. Bukankah peran ibu biasanya berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan caring dan loving pada bayi? Tapi apakah si bayi nanti menjadi orang yang pemberani menghadapi masalah atau memiliki problem solving yang bagus, "biasanya ayahlah yang meletakkan dasar pertama untuk itu," ujar Lidia.
Memang, bayi belum bisa berbicara, tapi ia bisa mengamati, lo. Bila sejak bayi sudah terbiasa melihat ayahnya melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah-masalah di rumah, ia akan tahu bahwa ayahnya memiliki sifat kreatif. Kelak, ia dan ayahnya akan membetulkan mainan yang rusak secara bersama-sama, misalnya. "Jadi, tak salah bila sebagian orang percaya bahwa ayahlah yang meletakkan dasar dalam urusan intelektual, problem solving, dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kognitif anak." Namun cara pembentukan intelektualnya tak sama seperti memberi pelajaran pada anak usia batita atau prasekolah, karena bayi belum bisa berbicara.
Nah, bagaimana caranya? Tak lain dengan bermain. Bentuk permainannya bisa apa saja. "Pada umumnya permainan dari seorang ayah bersifat lebih menantang, eksperimentatif, dan kesannya agak kasar," jelas Lidia. Beda dengan ibu, biasanya lebih memilih cara bermain yang aman, seperti menggambar atau lainnya. "Para bapak kalau bermain dengan anaknya, kan, lempar sana-lempar sini, dijungkir balik atau dibolak-balik ke sana ke mari. Kadang ibu yang melihatnya sampai ketakutan sendiri, sementara si bayi malah ketawa-ketawa saja karena ia merasa senang," lanjutnya.
Menurut Lidia, permainan "kasar" itulah yang malah akan membentuk rasa aman pada bayi. "Walaupun bayi belum dapat berbicara, ia sudah merasa bahwa itu merupakan suatu permainan yang menantang, namun ia tetap aman dan terlindungi di tangan ayahnya yang kekar." Bayi pun sudah bisa membedakan, lo, bahwa di tangan sang ibu yang lembut, ia bisa bermanja-manja; sedangkan di tangan ayahnya, ia akan mendapatkan permainan yang adventure. Nah, dari sini akan terbentuk rasa aman pada bayi yang akan dibawa sampai dewasa, sehingga relasi antara ia dan ayahnya akan baik. "Setidaknya, ia akan merasa aman dengan ayahnya."
LEBIH PD DAN MANDIRI
Bila bayi dekat dengan ayahnya, maka reaksi senangnya saat berdekatan dengan sang ayah pun akan terlihat. Biasanya bayi akan menggerakkan kaki secara antusias kala melihat ayahnya, seolah ia mengatakan, "Ayo, main, yuk, Pak!" Begitu tulis Dr. Barry Brazelton dari Harvad Medical School dalam bukunya On Becoming a Family seperti dikutip Lidia. Menurut Lidia, perilaku demikian merupakan "senjata" bayi untuk mencari perhatian ayahnya. Kalau dengan ibu, lain lagi. "Bayi akan mencari perhatian lewat ekspresi wajah."
Misalnya, minta minum. Ia akan memberi suatu ekspresi tertentu pada ibunya. "Tapi jika melihat ayahnya, matanya akan berbinar-binar karena mau mengajak bermain." Jadi, Bu, walaupun kadang harus "senam jantung", sebaiknya biarkan saja si ayah bermain bersama bayi dengan caranya sendiri. "Karena selain menyenangkan untuk bayi, permainan itu banyak manfaatnya."
Berdasarkan penelitian, anak-anak yang ketika bayi rajin dirangsang gerakan motoriknya oleh sang ayah, setelah dewasa akan lebih percaya diri dan mandiri. Secara emosional perkembangannya juga sehat. Dari penelitian terungkap, saat besar, ia akan lebih mudah mengemukakan pendapat dan lebih mandiri. "Pokoknya, untuk masalah yang berkaitan dengan olah pikir, maka bayi yang dekat dengan ayahnya akan lebih baik," tandas Lidia.
HUBUNGAN SOSIAL BAGUS
Bila dari segi emosional dan intelektual bayi sudah bagus, ujar Lidia, akan mengajarkan padanya mengenai hubungan sosial yang sehat. Dengan bekal ini, di masa mendatang ia akan bisa berbagi, mudah membina relasi atau gampang berteman. "Selain tentunya, kepribadian masing-masing pun turut berperan. Misalnya, ada anak yang pembawaannya memang pendiam. Namun persepsinya terhadap hubungan sosial akan lebih bagus dibandingkan anak- anak yang dari kecil tak pernah disentuh ayahnya semisal anak-anak panti asuhan dan sebagainya."
Anak-anak yang sejak bayi jarang disentuh ayahnya akan tumbuh dengan penuh kecurigaan bila ada orang baru. Sebab, terang Lidia, bagaimana mereka dapat mendeskripsikan hubungan dengan orang lain bila mereka biasa sendirian di ranjangnya, tak pernah digendong, bahkan tak biasa diajak berkomunikasi.
"Pada masa bayi, sentuhan tanganlah yang memegang peranan. Karena, walaupun orang tua dapat mengajak ngomong, tapi bayi, kan, belum mengerti." Nah, bila si bayi sudah tumbuh sehat, relasi dengan ayah dan ibunya baik, maka sosialisasinya pun akan baik dan akan terbentuk pula self esteem yang baik. "Dengan demikian, ayah juga memegang peranan akan pembentukan citra diri ini," tuntas Lidia. Jadi, Pak, jangan pernah remehkan masa bayi, ya!
CITRA AYAH
AYAH PEMBIMBING
adalah ayah yang mengantarkan anaknya ke dalam kehidupan dunia nyata dengan memberikan contoh dan nasehat.
AYAH PENASEHAT
adalah ayah yang berpendapat bahwa anaknya harus dihujani berbagai nasehat, imbauan, dan petunjuk. Padahal anak bisa saja bosan dan memilih cara tingkah laku yang tak sesuai dari yang diimbaukan.
AYAH KUAT BERAGAMA
adalah ayah yang menganjurkan anaknya untuk melihat segala sesuatu dalam cahaya religius.
AYAH LEMAH
adalah ayah yang memiliki posisi kurang dominan dibandingkan ibu, dalam segi pendidikan, kekayaan, dan lainnya, sehingga identifikasi dengan ayah tak berlangsung.
AYAH RIANG GEMBIRA
adalah ayah yang penuh optimis dan tak pernah kelihatan susah.
AYAH IDEAL
adalah ayah yang mempunyai figur untuk dicontoh, yang mendorong anaknya menyamai prestasi yang dicapainya meskipun tak pernah dicapai atau hanya bisa didekati saja prestasinya itu.
AYAH MUNAFIK
adalah ayah yang tidak sesuai antara nasehat yang diucapkannya dengan apa yang dilakukannya.
AYAH MINDER
atau iri hati adalah ayah yang ambisius dan berusaha agar anaknya mendapat tingkat atau pangkat lebih tinggi dari dia sendiri. Sering anak menjadi tertekan atau neurosis.
AYAH GURU
adalah ayah yang baik yang kalau diperlukan anak selalu ada dan bersedia memberi keterangan dan bimbingan.
AYAH PEDAGANG
adalah ayah yang selalu mengutamakan untung rugi.
AYAH AHLI
adalah ayah yang memberikan jawaban panjang lebar terhadap anak yang tak bosan-bosannya bertanya mengenai nama, tujuan, makna, dan arti berbagai benda.
AYAH COMMON SENSE
adalah ayah yang memberikan contoh dan kesempatan supaya anaknya bisa berkembang, bereksperimen, dan membuat kesalahan serta memberi petunjuk kalau anak tak tahu lagi harus bergerak ke mana.
M.A.W. Brower, Ayah dan Putranya, 1985.
Faras Handayani . Foto: Iman(nakita)
KOMENTAR