"Pelajaran" menghargai milik orang lain juga bisa dikaitkan dengan perkembangan moral, yaitu standar perilaku yang baik. Apalagi pada usia di mana rasa kesadaran diri mulai berkembang, anak juga mulai mengembangkan standar nilai dalam bentuk sederhana seperi benar-salah, boleh-tak boleh, dan sebagainya. "Nah, bila pada saat anak sudah mulai matang untuk mengembangkan moral atau standar nilai dan orang tua pun mengajarkannya, maka ia akan lebih cepat belajar untuk patuh, membedakan mana yang boleh dan tidak, mengembangkan rasa takut atau malu kalau salah."
PEMALU
Jadi, Bu-Pak, bila si kecil diam saja saat barang/mainannya diambil temannya, mungkin karena ia memang belum mengembangkan rasa memiliki. "Ia mungkin tak terlalu peduli atau tak sadar miliknya diambil orang lain," jelas Wieka. Tapi tak usah cemas atau panik, karena mungkin si kecil memang masih dalam tahap itu. "Pada rentang- rentang usia tertentu, tiap-tiap anak akan punya kematangan. Mungkin memang yang satu lebih lambat atau satu lebih cepat." Kecuali bila sampai usia prasekolah dimana anak harus mulai bersosialisasi, ternyata ia masih seperti itu, barulah orang tua perlu agak curiga.
Tapi bila si kecil sama sekali tak berani menunjukkan bahwa barang/mainan tersebut miliknya atau ia cenderung takut dan lari ke orang tua, menurut Wieka, orang tua harus mulai membantu anak untuk belajar mengungkapkan apa yang ia inginkan dan menunjukkan bahwa barang/mainan tersebut adalah miliknya. "Secara verbal, orang tua bisa mulai menunjukkan, 'Ini mainan Ade,' atau 'Ini baju Ade.'" Lalu tunjukkan tempat untuk menyimpan barang-barangnya, entah mainan, baju, sepatu, dan sebagainya. "Mungkin anak juga akan mulai bilang, 'Saya mau pakai baju ini.'
Hal ini menandakan anak sudah tahu, 'Ini saya, ini dunia di luar saya.' Nah, orang tua bisa menunjukkan mana area dia, sekaligus juga menunjukkan mana yang punya ibu dan mana yang punya ayah." Lain halnya bila saat pertama si kecil diam saja dan baru bereaksi kemudian, "ia sedang dalam proses di mana ada kehadiran orang lain di dekatnya," ujar Wieka. "Untuk suatu situasi yang baru, anak biasanya memang akan melihat dulu. Anak akan memperhatikan dan baru pada peristiwa berikutnya mulai muncul perasaan, 'Ini punya saya, jadi harus saya pertahankan,'" lanjutnya.
Terlebih pada anak yang sifatnya lebih pasif, tenang, dan pemalu. Kali pertama mainannya diambil, mungkin ia diam dan memperhatikan. Baru ketika mainannya diambil lagi, anak akan mulai merasa, "Saya punya hak atas barang milik saya," sehingga ia kemudian berani merebut dan mempertahankannya. "Perlu diketahui, agresivitas pada saat-saat tertentu memang merupakan cara anak belajar," ujar Wieka. Bila anak dasarnya memang pemalu dan cenderung takut pada orang asing, saran Wieka, orang tua perlu membantu anak membiasakan diri bertemu dengan orang lain dan memberi kesempatan bergaul dengan anak lain sehingga ia terbiasa bergaul. Nah, Bu-Pak, sudah nggak bingung lagi, kan?
Hasto Prianggoro/nakita
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR