Jadi, prinsipnya sama dengan memasukkan udara. Tujuannya juga untuk melihat lokasi invaginasinya, yaitu lewat rontgen. Tindakan memasukkan cairan bariom juga harus dengan syarat kejadiannya baru saja, tak boleh sudah lama. "Kalau sudah lama, bariom justru bisa bocor. Ini jauh lebih berisiko. Karena bariom yang bocor akan masuk ke bagian lain tubuh." Adapun tindakan operasi dilakukan tergantung kasusnya.
"Kalau baru terjadi, ya, cuma dilepas usus yang terjepit. Tapi kalau sudah ada yang rusak, maka terpaksa harus dipotong dan dibuang," jelas Kishore. Jadi, lebih cepat memang lebih baik. Apalagi, kapan usus membusuk akan bervariasi pada setiap anak. Misalnya, sudah lama tapi tak hebat, mungkin saja ususnya enggak rusak. Namun begitu, meski baru terjepit sebentar, satu atau dua jam, tapi kalau pembuluh darah sudah tertutup banget, ya, bisa jadi membusuk.
RIWAYAT DIARE
Kishore mengakui, tak mudah memang untuk mengetahui berapa lama sebetulnya invaginasi sudah terjadi, "karena korelasi lama dan kekuatan usus setiap anak berbeda." Biasanya kalau masih setengah atau satu jam, dokter masih berani melakukan tindakan di atas. Tapi kalau sudah lama, jika tindakan tersebut ingin dilakukan, maka harus di-back up dengan tindakan operasi. Itulah mengapa, tindakan memasukkan udara ataupun cairan bariom, kadang juga dilakukan di kamar operasi.
Tujuannya, jika terjadi apa-apa bisa segera dilakukan operasi. "Jadi, yang pertama adalah persiapan operasi, baru kemudian tindakan tadi dilakukan. Kalau berhasil, operasi bisa dibatalkan," tutur Kishore. Yang juga sulit diketahui adalah menentukan apakah tangisan anak memang disebabkan oleh invaginasi. "Dokter saja kadang-kadang lolos, kok, ini anak nangis karena invaginasi atau hanya sakit perut."
Untuk itu, yang pertama dilihat biasanya adalah apakah anak punya riwayat diare. "Ini memang bukan gejala khas invaginasi, tapi paling tidak kita berpikir ke arah situ," ujar Kishore. Jika anak memiliki riwayat diare dan diarenya sembuh, tapi kemudian tiba-tiba sakit perut hebat serta buang airnya disertai lendir dan darah, "maka sudah harus dipikirkan ke arah invaginasi. Betul-tidaknya harus dievaluasi dengan pemeriksaan USG atau radiologi. Kalau kita temukan ada gambaran khas pada radiologi, maka berarti memang betul terjadi invaginasi."
Jadi, Bu-Pak, bila si kecil memiliki riwayat diare, lalu tiba-tiba ia kesakitan hebat, dan buang airnya berlendir serta berdarah, segeralah bawa ke dokter. Kendati gejala-gejala tersebut tak selalu berarti invaginasi, tapi minimal kalau gejala tersebut muncul, kita sudah harus curiga. Kepada dokter, katakan terus terang apa saja gejalanya, jangan ditutup-tutupi. Jangan malah bilang, "Baru saja, kok, sakitnya," padahal sebetulnya sudah sejak kemarin si kecil menangis meraung-raung. Karena jika Bapak dan Ibu "berbohong", maka tindakan berikutnya dari dokter justru bisa membahayakan si kecil. Misalnya, Bapak/Ibu bilang baru saja terjadi dan si kecil tak menunjukkan gejala hebat, lalu dokter mencoba menangani dengan memasukkan udara atau cairan bariom, "ini, kan, berbahaya" tukas Kishore.
Tapi kalau Bapak dan Ibu berterus terang, dokter pun akan bisa mengambil tindakan yang tepat. Terlebih bila harus dioperasi, maka bisa segera dilakukan. Karena semakin lama menunggu operasi, akan semakin besar kemungkinan ususnya rusak. Perlu diketahui, sampai saat ini tak ada pencegahan untuk invaginasi karena terjadinya spontan. Tak semua anak akan mengalaminya, tapi kalau terjadi, ya, spontan. Yang perlu Bapak dan Ibu lakukan hanyalah segera membawa si kecil ke dokter bila mengalami gejala-gejala di atas.
Hasto Prianggoro . Ilustrasi : Pugoeh nakita
KOMENTAR