Terlebih lagi jika ia memiliki riwayat diare. Jangan- jangan ia terkena invaginasi.
Penyakit apa pula ini? Aduh, Dok, anak saya sejak semalam nangis terus sampai tak bisa tidur. Sudah dibujuk- bujuk tapi tetap saja menangis, malah makin keras. Sampai hari ini juga masih menangis terus. Kenapa, sih, Dok?" keluh Ny. Nina tentang bayinya yang berusia 8 bulan. Setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif, ternyata diketahui si kecil menderita invaginasi.
Kendati ada kata "vagina", namun jangan salah, lo. Penyakit ini sama sekali tak ada kaitannya dengan alat kelamin perempuan. Dalam bahasa awam, seperti dituturkan dr. Kishore R.J., Sp.A dari RSIA Hermina Podomoro, invaginasi adalah usus terjepit oleh bagian usus itu sendiri. "Pada prinsipnya, invaginasi adalah masuknya bagian usus ke usus." Tapi apa penyebabnya, sampai saat ini masih belum jelas. "Teori terakhir mengatakan, invaginasi terjadi secara spontan." Biasanya, invaginasi terjadi pada anak di atas usia 6 bulan. "Dulu dikatakan karena anak mulai mendapat makanan padat dan gerakannya yang nggak benar, sehingga ususnya terjepit. Beberapa literatur lama mengatakan, pada saat anak mulai makan makanan padat, sering terjadi invaginasi," terang Kishore seraya melanjutkan, "Tapi teori ini sudah enggak dipakai lagi. Teori baru mengatakan, invaginasi bisa terjadi spontan kapan saja, bukan karena pengenalan makanan padat dan faktornya masih belum diketahui dengan pasti." Itulah mengapa, invaginasi bisa menyerang anak usia berapa saja. Bahkan, pada orang dewasa pun bisa saja terjadi, "tapi mungkin ada penyebab lain, seperti tumor," ujar Kishore.
MENANGIS KERAS
Salah satu faktor yang sering diamati, invaginasi terjadi setelah anak terkena diare, sehingga terkadang gejalanya sendiri tertutup. "Orang tua sering menyangka anaknya mulas karena habis diare. Padahal kalau cuma mulas, enggak mungkin, dong, anak sampai sakit berat," tutur Khisore. Rasa sakit perut yang hebat memang merupakan salah satu gejala invaginasi. Jadi, Bu-Pak, waspadalah bila si kecil tiba-tiba menangis keras, bahkan sampai menjerit-jerit. Terlebih bila ia belum bisa omong semisal bayi, jangan sampai Bapak dan Ibu salah mengira si kecil terkena kolik. Karena tangisan anak yang terkena invaginasi berbeda dengan anak kolik.
"Anak yang terkena invaginasi akan tampak sakit berat, bahkan bisa sampai syok karena kekurangan cairan. Soalnya, mereka menangis terus sehingga tak mau minum, akhirnya syok. Anaknya juga restless, nggak bisa diam sama sekali." Gejala lain adalah buang airnya bercampur darah dan lendir. Gejala ini biasanya diikuti gejala berikutnya, seperti sumbatan pada saluran pencernaan. "Anak muntah-muntah, perut kembung karena tak ada jalan untuk lewat udara. Anak juga tak bisa makan dan minum, hanya justru muntah terus, karena cairan tak bisa lewat, sehingga anaknya tambah kembung," lanjut Kishore.
USUS DIPOMPA
Nah, bila si kecil mengalami salah satu atau semua gejala di atas, segera bawa ke dokter dan jangan ditunda lagi, karena invaginasi bisa berakibat kematian. "Usus yang terjepit dapat menjadi busuk dan infeksi, lalu menyebar ke seluruh bagian tubuh. Ini yang paling buruk," kata Kishore.
Jika diketahui sejak awal, usus yang terjepit itu bisa lepas sendiri. Misalnya, kalau anak istirahat atau diberi obat penenang. Karena semakin anak menangis, maka ususnya pun akan semakin kejepit. Menangis membuat tekanan di dalam perut semakin tinggi. Itulah mengapa, si luar negeri, jika dicurigai anak terkena invaginasi, biasanya akan diberi obat penenang dulu supaya bisa tidur.
"Kalau anak tenang, kadang bisa lepas sendiri." Bahkan, ada kasus seorang anak diketahui terkena invaginasi, lalu dibius untuk dioperasi. Tapi setelah dilakukan pembedahan, ternyata jepitannya sudah lepas. "Ini bukan kesalahan diagnosis, tapi memang pada saat anak dibius, ia jadi tenang dan usus lemas, pembuluh darah mengalir dengan baik, sehingga akhirnya lepas sendiri," terang Kishore. Tapi, sekali lagi, itu pun jika kasusnya ketahuan sejak awal. "Kalau sudah meradang, ya, satu-satunya jalan adalah operasi," tandasnya.
Lagi pula, jika kasusnya diketahui sejak awal, bisa dilakukan alternatif penanganan lain, yakni dengan memasukkan udara melalui anus. "Usus dipompa sehingga lepas." Tapi syaratnya, harus betul-betul yakin bahwa itu memang invaginasi dan benar-benar baru terjadi, serta belum terjadi kerusakan usus. "Kalau sudah terjadi kerusakan usus, justru akan menyebabkan kebocoran udara dalam perut."
Jadi, jika mau melakukan tindakan memasukkan udara melalui anus, harus yakin dulu semua persyaratan diatas terpenuhi. Nah, yang jadi masalah justru soal yakinnya ini. "Biasa saja si ibu ngomong baru terjadi, padahal mungkin kejadiannya sudah sejak semalam. Bahayanya di sini. Karena itu, biasanya tindakan ini dilakukan dengan persiapan operasi sebagai back up." Tindakan lain adalah memasukkan cairan bariom, juga lewat anus dan dipompa, lalu dilihat dengan radiologi. "Kalau memang masih baru, bisa lepas."
Jadi, prinsipnya sama dengan memasukkan udara. Tujuannya juga untuk melihat lokasi invaginasinya, yaitu lewat rontgen. Tindakan memasukkan cairan bariom juga harus dengan syarat kejadiannya baru saja, tak boleh sudah lama. "Kalau sudah lama, bariom justru bisa bocor. Ini jauh lebih berisiko. Karena bariom yang bocor akan masuk ke bagian lain tubuh." Adapun tindakan operasi dilakukan tergantung kasusnya.
"Kalau baru terjadi, ya, cuma dilepas usus yang terjepit. Tapi kalau sudah ada yang rusak, maka terpaksa harus dipotong dan dibuang," jelas Kishore. Jadi, lebih cepat memang lebih baik. Apalagi, kapan usus membusuk akan bervariasi pada setiap anak. Misalnya, sudah lama tapi tak hebat, mungkin saja ususnya enggak rusak. Namun begitu, meski baru terjepit sebentar, satu atau dua jam, tapi kalau pembuluh darah sudah tertutup banget, ya, bisa jadi membusuk.
RIWAYAT DIARE
Kishore mengakui, tak mudah memang untuk mengetahui berapa lama sebetulnya invaginasi sudah terjadi, "karena korelasi lama dan kekuatan usus setiap anak berbeda." Biasanya kalau masih setengah atau satu jam, dokter masih berani melakukan tindakan di atas. Tapi kalau sudah lama, jika tindakan tersebut ingin dilakukan, maka harus di-back up dengan tindakan operasi. Itulah mengapa, tindakan memasukkan udara ataupun cairan bariom, kadang juga dilakukan di kamar operasi.
Tujuannya, jika terjadi apa-apa bisa segera dilakukan operasi. "Jadi, yang pertama adalah persiapan operasi, baru kemudian tindakan tadi dilakukan. Kalau berhasil, operasi bisa dibatalkan," tutur Kishore. Yang juga sulit diketahui adalah menentukan apakah tangisan anak memang disebabkan oleh invaginasi. "Dokter saja kadang-kadang lolos, kok, ini anak nangis karena invaginasi atau hanya sakit perut."
Untuk itu, yang pertama dilihat biasanya adalah apakah anak punya riwayat diare. "Ini memang bukan gejala khas invaginasi, tapi paling tidak kita berpikir ke arah situ," ujar Kishore. Jika anak memiliki riwayat diare dan diarenya sembuh, tapi kemudian tiba-tiba sakit perut hebat serta buang airnya disertai lendir dan darah, "maka sudah harus dipikirkan ke arah invaginasi. Betul-tidaknya harus dievaluasi dengan pemeriksaan USG atau radiologi. Kalau kita temukan ada gambaran khas pada radiologi, maka berarti memang betul terjadi invaginasi."
Jadi, Bu-Pak, bila si kecil memiliki riwayat diare, lalu tiba-tiba ia kesakitan hebat, dan buang airnya berlendir serta berdarah, segeralah bawa ke dokter. Kendati gejala-gejala tersebut tak selalu berarti invaginasi, tapi minimal kalau gejala tersebut muncul, kita sudah harus curiga. Kepada dokter, katakan terus terang apa saja gejalanya, jangan ditutup-tutupi. Jangan malah bilang, "Baru saja, kok, sakitnya," padahal sebetulnya sudah sejak kemarin si kecil menangis meraung-raung. Karena jika Bapak dan Ibu "berbohong", maka tindakan berikutnya dari dokter justru bisa membahayakan si kecil. Misalnya, Bapak/Ibu bilang baru saja terjadi dan si kecil tak menunjukkan gejala hebat, lalu dokter mencoba menangani dengan memasukkan udara atau cairan bariom, "ini, kan, berbahaya" tukas Kishore.
Tapi kalau Bapak dan Ibu berterus terang, dokter pun akan bisa mengambil tindakan yang tepat. Terlebih bila harus dioperasi, maka bisa segera dilakukan. Karena semakin lama menunggu operasi, akan semakin besar kemungkinan ususnya rusak. Perlu diketahui, sampai saat ini tak ada pencegahan untuk invaginasi karena terjadinya spontan. Tak semua anak akan mengalaminya, tapi kalau terjadi, ya, spontan. Yang perlu Bapak dan Ibu lakukan hanyalah segera membawa si kecil ke dokter bila mengalami gejala-gejala di atas.
Hasto Prianggoro . Ilustrasi : Pugoeh nakita
KOMENTAR