Bila yang terjadi trauma ringan, mungkin tidak akan terjadi gangguan pada kecerdasan maupun sistem sarafnya. Misalnya, anak tak mengalami gangguan saat belajar, tingkah lakunya normal saja, dan seterusnya. Adakalanya muncul gangguan sesaat, namun setelah itu pulih kembali.
Yang jelas, setelah mengalami trauma, akan timbul sindrom pasca trauma. Bentuk yang paling sering muncul adalah keluhan sakit kepala, dalam waktu 1-2 minggu. "Biasanya berulang dan menghilang dengan sendirinya." Selain itu, ada juga gangguan tingkah laku seperti anak jadi agresif, maunya tidur saja, gangguan memori, dan sebagainya. Semua ini merupakan komplikasi.
Pada kasus gegar otak ringan pun, prognosisnya bisa bagus. Sedangkan gegar otak berat, yang patut diwaspadai adalah terjadinya perdarahan atau terdapat tulang kepala yang patah. Misalnya saja, bagian dari tulang yang patah itu menusuk otak. Perdarahan dapat terjadi di selaput otak atau di dalam otak. Operasi biasanya menjadi satu pilihan dan bergantung pada seberapa berat kerusakan otak.
Gejala sisa dari trauma sedang dan berat biasanya berupa gangguan perkembangan, seperti motorik kasar (duduk, berdiri, berjalan), motorik halus (pegang benda kecil-kecil), perkembangan kecerdasan, bicara dan bahasa, perkembangan sosial dan emosi. "Derajat gangguan perkembangan ditentukan oleh sejauh mana dan di bagian mana kerusakan terjadi," jelas Dwi.
Perlu pula diketahui salah satu komplikasi trauma kepala cenderung menimbulkan komplikasi epilepsi/ayan. Umumnya komplikasi itu timbul bila benturan terjadi di daerah temporal atau samping dekat telinga.
RETAK ATAU PATAH
Perlu diketahui, pada bagian kepala belakang terdapat daerah otak kecil untuk keseimbangan, daerah mata dan daerah yang disebut batang otak. Semua daerah ini mempunyai fungsi-fungsi vital. Ada fungsi pernafasan, fungsi kesadaran, dan fungsi jantung atau kardiovaskuler. Jadi, jelaslah benturan itu bisa menimbulkan akibat banyak hal, tergantung pada bagian sisi mana benturan terjadi.
Biasanya yang paling ditakutkan bila terjadi fraktur (retak atau patah) tulang tengkorak di daerah belakang kepala. Soalnya, seperti kata Dwi, bagian dari tulang yang patah itu bisa melukai susunan syaraf pusat. Jika hal ini terjadi dan termasuk kategori berat, maka biasanya timbul perdarahan dari hidung atau keluar cairan dari telinga.
Bila hal itu terjadi, terutama jika timbul fraktur di daerah leher atau kepala, korban harus segera dilarikan ke rumah sakit agar mendapat penanganan khusus. "Orang tua dalam hal ini juga tak bisa berbuat banyak, kok. Seandainya dilakukan tindakan sendiri, malah bisa memperberat keadaan korban," kata Dwi.
Sedangkan pada bayi atau anak kecil, yang kerap dijumpai adalah fraktur diastatik. "Di bagian kepala bayi terdapat ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, dan bagian depan. Nah, di antara ubun-ubun tersebut dengan otak terdapat tulang-tulang. Pemisah antar tulang tengkorak (sutura) itu masih terbuka."
Pada saat bayi, pembatas tersebut belum menyatu dan bisa terpisah. "Nah, bila tulang mudanya ini terkena benturan, bisa lepas atau bergeser. Kalau ini terjadi, tidak perlu tindakan apa-apa. Lebih baik didiamkan saja, karena nanti akan menyatu lagi mengingat anak masih dalam perkembangan. Biasanya ubun-ubun besar menutup paling telat umur 18-24 bulan."
Tapi, apa pun yang terjadi, yang paling bijaksana adalah membawa si kecil ke dokter agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Sebelum terlambat, Bu, Pak!
KOMENTAR