Ada satu kasus nyata yang dialami oleh orang tua yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
Berhubung suami-istri tersebut harus sekolah, mereka menitipkan anaknya pada sebuah daycare selama sehari penuh.
Akibatnya, anak merasa cemas karena berada di lingkungan yang asing dalam waktu lama. Belum lagi pengasuhnya ada yang berkulit putih dan hitam.
Bahasanya pun terdengar asing di telinganya.
Berawal dari rasa cemas yang bertumpuk, sementara orang tua tidak menyadari masalah tersebut, akhirnya ia mengalami SM.
Baca Juga: Diam-Diam Simpan Bahaya, Stres pada Anak Bisa Jadi Silent Killer!
3. Kekecewaan yang mendalam.
Banyak hal bisa menjadi sumber kekecewaan yang mendalam bagi anak.
Misalnya, anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh ibu saat adiknya lahir.
Contoh lainnya, keluarga harus pindah ke lingkungan yang sangat asing bagi anak sementara orang tua tidak menyadari permasalahan yang dihadapi anaknya.
Untuk mengatasi SM ada beberapa langkah yang dapat dicoba:
1. Hindari memberi nasihat terus-menerus dengan maksud mendorongnya untuk berbicara.
Upaya ini tidak akan ada hasilnya. Bisa jadi ia malah berbohong bahwa ia mau berbicara dengan guru maupun teman-temannya di sekolah, padahal tidak.
2. Hindari memaksa anak SM membicarakan kekurangannya di sekolah. Hal itu dapat membuatnya bosan dan merasa tidak dipahami kesulitannya.
3. Sampaikan pula kepada gurunya untuk tidak memaksanya berbicara dan hindari menjadikan dirinya sebagai bahan diskusi dengan teman-teman sekelas.
4. Tunjukkan bahwa kita mengerti masalahnya dan bahwa anak SM tidak berdaya (paralysed) untuk berbicara.
Baca Juga: Bukan Balik Emosi, Begini Cara Jitu Menghadapi Anak yang Sedang Marah Menurut Psikolog
Pemaksaan akan memperburuk keadaan sebab ia sudah stres untuk bicara, dan akan bertambah stres.
5. Lakukan pendekatan pada anak SM sambil tidak banyak bicara.
Lakukanlah aktivitas tertentu bersamanya. Misalnya, bermain pasir, menggambar, menyusun pasel, main musik, dan sebagainya.
Pendekatan secara pribadi seperti itu bisa dilakukan sampai rasa cemasnya teratasi.
6. Bila dimungkinkan, ajaklah guru untuk berkunjung ke rumah dan melakukan aktivitas bersama anak tanpa menuntutnya untuk berbicara (jadi bisa saja guru seperti bicara sendiri karena anak tidak akan menjawab secara lisan).
7. Lakukan pula pendekatan pada orang tua teman si anak agar mengizinkan anaknya bermain di rumah kita. Selanjutnya secara bertahap, anak kita yang mengunjungi rumah temannya. (*)
Utami Sri Rahayu / NOVA
KOMENTAR