"Ih, sudah gede, kok, masih netek terus." Komentar seperti ini biasanya dilontarkan pada si kecil yang sudah "besar" tapi belum disapih juga. Si ibu biasanya menimpali dengan, "Habis susah menyapihnya, ia rewel terus. Lagi pula, sayang, ASI saya masih banyak, kok."
Benarkah menyapih anak sesulit itu? Menurut psikolog Dra. Yulia S. Singgih, menyapih anak bisa menjadi sesuatu yang merepotkan, bisa juga tidak. "Tergantung caranya. Kalau caranya pintar, tentunya tak akan jadi problem." Yakni dengan perlahan-lahan, secara bertahap, dan tidak mendadak.
Menyapih, terang Yulia, berarti menghentikan pemberian susu pada anak. Jadi, mengubah pemberian makanan dari tipe yang satu ke tipe makanan yang lain. Hal ini berarti mengubah kebiasaan dan ini bukan sesuatu yang gampang. Itulah mengapa menyapih sebaiknya dilakukan perlahan-lahan, tidak mendadak.
Sedangkan dr. Najib Advani, Sp.A, M.Med.Paed. memberi kiat, "Kurangi frekuensinya dari hari ke hari hingga akhirnya berhenti sama sekali." Mula-mula hentikan menyusu pada waktu tengah hari. Karena pada pagi hari biasanya payudara penuh ASI, sedangkan malam hari anak sangat suka menyusu. Gantilah ASI yang dihentikan itu dengan susu dalam cangkir. "Jika hal ini sukses, kurangi lagi frekuensinya. Demikian seterusnya sampai menyusunya hanya 1 kali sehari."
Di siang hari agar si kecil tak ingat pada ASI, anjur Yulia, sibukkan ia dengan berbagai permainan. "Kalau capek main, tidurnya jadi lebih cepat dan gampang. Soalnya, anak di saat mau tidur, sedang dalam puncak-puncaknya ingin menyusu. Nah, si ibu bisa mengalihkan perhatiannya dengan mendongeng atau memperlihatkan gambar-gambar di buku cerita. Pelan-pelan, suara ibu dibuat semakin halus sehingga anak tertidur tanpa sempat ingat ASI lagi," tuturnya.
MENYESUAIKAN DIRI
Dengan menyapih secara bertahap, menurut Najib, ibu pun tak akan "tersiksa". "Karena ASI yang penuh, jika tak dikeluarkan juga akan terasa sakit." Jika dilakukan perlahan-lahan. ASI yang diproduksi juga akan menyesuaikan diri. Dengan kata lain, perlahan-lahan ASI akan habis sendiri. Jangan lupa, banyak-tidaknya ASI yang keluar tergantung pula dari rangsangan isapan yang didapat. "Kalau jarang mendapat isapan, tentunya akan berkurang juga produksi ASI-nya."
Bagi ibu bekerja, mungkin soal menyapih akan lebih mudah diatasi. Karena di siang hari kala bekerja, biasanya si kecil minum susu dari botol. Ia baru menetek lagi setelah ibu pulang kerja. "Jadi, kalau disapih pun, anak sudah terbiasa dengan botol."
Selain itu, produksi ASI pada ibu bekerja biasanya tak sebanyak ibu yang tak bekerja. Ini terjadi karena rangsangan isapan yang sangat jarang. "Memang bisa saja ibu memompa ASI saat di kantor. Namun daya isap pompa tidak sekuat isapan bayi hingga rangsangannya juga kurang kuat," tutur Yulia pada kesempatan terpisah.
MERASA DITOLAK
Yulia sangat tak setuju jika menyapih dilakukan secara drastis. Entah dengan memisahkan tidur si kecil maupun mengoleskan getah brotowali yang pahitnya minta ampun pada puting si ibu sehingga si kecil tak mau lagi menyusu. "Itu bukan cara efektif yang bisa menyelesaikan masalah. Cara ini hanya akan mengagetkan si anak dan membuat hatinya terluka."
KOMENTAR