Dengan kata lain, orang tua membantu anak mengkaji ulang pandangan tentang dirinya sendiri. Lama-kelamaan si anak akan berpikir, menjadi pemalu adalah hal keliru. "Itu perlunya pelatihan-pelatihan. Menurut saya, pemalu lebih karena sikap, bukan personality atau kepribadian."
Karena itulah, orang tua harus melatih anak agar tak jadi pemalu. Ini sekaligus penting untuk menanamkan pada anak bahwa untuk hidup di masyarakat, diperlukan "keberanian". Soalnya, sambung Frida, "Lingkungan selalu membutuhkan penyesuaian dari kita. Orang-orang yang tak mampu bergaul dan bersosialisasi dianggap maladjusted." Lebih dari itu, lingkungan juga akan mencapnya memiliki perkembangan kepribadian yang kurang baik atau bahkan dicap berkepribadian negatif. Akibatnya, "Ia tak lagi bisa optimal mengembangkan dirinya secara baik dengan cap yang sudah terlanjur melekat tadi."
SEJAK JANIN
Tentu saja kita tak ingin si kecil begitu, bukan? Nah, segeralah bertindak! Bahkan sebetulnya, sejak dari kandungan pun, si kecil sudah bisa "dilatih" agar kelak tak jadi pemalu. Caranya dengan mengembangkan secure attachment antara ibu dan janin. Misalnya, komunikasi yang terus-menerus antara si ibu dengan janinnya.
Para ahli percaya, kelekatan yang aman dengan orang tua, pada gilirannya akan mengembangkan rasa percaya diri, otonomi, dan anak kelak akan mudah sekali mencari jati dirinya. "Bila sejak berupa janin, anak dikondisikan dengan sikap yang welcome, ia menjadi percaya diri. Sehingga waktu lahir, perasaan bahwa ia diterima, sudah ada!"
* Bantu ia dengan menentukan apa yang hendak dilakukannya di tengah orang banyak. Misalnya, menyapa teman baru, mendengarkan dan bergabung dengan kegiatan kelompok di kelas. Bila ia mau melakukannya, tunjukkan kegembiraan Anda. Misalnya, "Mama senang sekali kamu mau menyapa temanmu."
* Jangan memaksanya untuk memperkenalkan diri atau melakukan sesuatu yang kurang ia suka dalam kelompok. Beri kesempatan pada anak untuk menyesuaikan diri dan mengamati dulu kelompok barunya.
* Beri ia kesempatan untuk menyatakan sikapnya. Misalnya, memilih dan berpakaian sendiri. Kendati pilihannya agak menggelikan, tapi pakaian itu dapat memberinya rasa nyaman dan membangun rasa percaya dirinya.
* Bantu ia menyiapkan dirinya. Misalnya, kala ia hendak ke pesta HUT teman. Siapkan ia dengan memberikan gambaran tahap demi tahap yang akan dilaluinya di pesta. Seperti apa suasananya, siapa saja yang akan hadir, dan apa saja acaranya. Jadi, si kecil memperoleh gambaran yang bakal menyenangkan.
* Kenalkan ia dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda-beda. Hal ini akan membantunya untuk tak canggung menghadapi orang-orang baru yang dijumpainya.
* Bila ia sudah cukup besar, biarkan ia memilih kelompok yang disukainya dan bergabung dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang bermanfaat bagi pengembangan rasa percaya dirinya. Entah kursus musik, latihan menari, teater, kelompok olahraga, dan sebagainya. Banyak anak yang pemalu di masa kecilnya tumbuh menjadi orang dewasa yang percaya diri karena memperoleh kesempatan membangun keterampilan sosialnya lewat kegiatan-kegiatan berkelompok.
* Jangan jadikan si kecil sebagai obyek perhatian atau pameran. Kebanyakan orang tua senang sekali bila melihat anaknya tampil. Tapi pada anak yang pemalu, bila dipaksa tampil "memamerkan" kemampuannya, malah bisa memperburuk keadaannya
KOMENTAR