* Berilah rangsangan "hadiah" dengan menciptakan permainan kreatif yang dapat membangun keterampilan sosial dan komunikasi. Misalnya, "Nanti sore ulang tahun Dina. Bunda ingin tahu, kamu bisa menyapa berapa teman baru?" Biarkan ia menentukan targetnya send
iri. Jika ia berhasil menyapa teman barunya, Anda boleh memberinya hadiah berupa snack yang lezat disertai pujian dan semangat.
* Jangan mencapnya si pemalu. Bila ia tak mau bersalaman dengan tamu atau berkenalan, jangan pernah berkata, "Lo, kok, diam saja. Jangan malu begitu, dong." Karena sekali Anda mencapnya sebagai pemalu, cap itu akan melekat di benaknya dan bisa mempengaruhinya hingga bertahun-tahun kelak.
* Jangan cepat-cepat menyerah bila ia masih juga menunjukkan tanda-tanda enggan bergabung dengan teman-temannya atau menyapa orang baru. Anak pemalu butuh waktu lama untuk merasa nyaman bergabung dengan orang lain.
* Terus beri pengertian dan dorongan agar ia tak mudah menyerah dalam mengalahkan rasa malunya. Beri ia keyakinan tentang pentingnya mempunyai teman.
Tanda-Tanda Pemalu
* Enggan atau bahkan takut menghadapi situasi sosial atau orang-orang baru.
* Cenderung menarik diri.
* Berbicara dengan nada suara sangat rendah dan perlahan.
* Tak mau bicara bila tak diajak bicara atau sedikit sekali bicara.
* Selalu menunduk bila diajak bicara, tak berani menatap lawan bicara.
* Jarang sekali mengemukakan usul atau gagasan.
Mencari Sosok "Alternatif"
Menurut Frida, sangat mungkin anak pemalu mencari sosok teman yang lain. Itu karena si pemalu khawatir tak diterima dalam kelompoknya atau merasa tak akan aman bertemu dengan teman-teman baru. Sosok alternatif ini bisa berupa binatang piaraan atau bahkan teman khayal. "'Teman-temannya' ini tak mempersyaratkan apapun. Binatang atau teman khayal tak memperlakukan apa pun pada si anak yang mengancam rasa amannya."
Sebenarnya pada usia balita cukup wajar bila anak mempunyai dunia sendiri. Misalnya, ia sering berkhayal, ia adalah Raja Hutan atau Putri Cinderella. Atau mempunyai teman bernama Peter Pan. Tapi, "Seiring bertambahnya usia dan proses sosialisasi dengan teman-teman yang semakin sering dilakukan, dunia khayal ini akan berangsur-angsur menghilang karena anak akan belajar mengenai realitas di luar dirinya."
Lain hal bila si anak mempunyai kesulitan bersosialisasi dengan dunia realitas. Ia lebih suka bertahan dengan dunia khayalnya dan binatang piaraannya. "Ini tentu tak baik bagi perkembangan si anak jika orang tua tak peka dan cepat-cepat menarik anaknya dari dunia yang diciptakannya sendiri. Soalnya, anak jadi sulit membedakan antara realitas yang sebenarnya dan realitas yang ia bangun sendiri," terang Frida.
Anak-anak yang demikian bisa berkembang menjadi pribadi yang withdrawal atau denial (menarik diri). "Ia bangun dunia yang nyaman untuknya sendiri karena realitas yang sebenarnya tak aman untuk dirinya," terang Frida. Itulah mengapa Frida menekankan agar perkawanan dengan teman sebaya tetap harus dibangun kendatipun anak punya binatang piaran untuk berteman.
Santi Hartono/nakita
KOMENTAR