1. Hipoksia Perinatal (Kekurangan Oksigen)
Hipoksia sering ditemukan pada bayi prematur. Kejadian ini umumnya telah dimulai sejak janin di kandungan, berupa gawat janin atau terjadinya stres janin pada waktu proses kelahirannya. Akibatnya, bayi mengalami asfiksia (kegagalan bernafas spontan dan teratur pada menit-menit pertama setelah lahir).
Jika ini terjadi, dokter akan segera melakukan resusitasi (usaha bernapas kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsang jantung) agar hipoksia tak menimbulkan kerusakan berbagai organ, khususnya otak.
2. Gangguan Napas
Umumnya terjadi akibat belum matangnya paru-paru. Sering disebut penyakit membran hialin (PMH), yakni penyakit akibat kekurangan bahan surfaktan yang berfungsi mempertahankan mengembangnya gelembung paru. Bayi akan mengalami sesak napas atau sindroma gangguan napas (SGN).
Upaya yang harus dilakukan bergantung dari derajat PMH dan berat ringannya SGN, yaitu dengan memakai alat bantu napas mekanik atau pemberian surfaktan eksternal.
Salah satu upaya untuk menghindari PMH ialah dengan menyuntikkan preparat steroid dosis tinggi pada ibu yang menghadapi persalinan prematur. Dengan demikian kekurangan surfaktan paru bayi dapat dikurangi.
Masalah pernapasan yang sering ditemukan pada bayi prematur adalah apnu (henti napas sementara yang berlangsung lebih dari 20 detik dan dapat disertai penurunan frekuensi denyut jantung). Lebih bahaya lagi jika ada kombinasi aspek belum matangnya paru dan sistem saraf, yang dapat menimbulkan apnu secara berulang.
3. Cedera Kedinginan
Lantaran pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna, bayi biasanya dimasukkan ke dalam inkubator. Sebab, suhu lingkungan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan cedera kedinginan (cold injury) pada bayi. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi atau suhu naik turun dapat menyebabkan apnu.
Bayi prematur tak akan menggigil bila kedinginan. Untuk menambah panas tubuhnya, dipecahkan sumber cadangan dari lemak cokelat. Akibat cedera dingin, kulit bayi akan teraba keras pada tempat tertentu.
Untuk menstabilkan suhu bayi, selain dengan inkubator bisa pula dilakukan dengan cara menggendongnya. Lepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuh bayi, lalu dekapkan ke dada sang ibu yang juga tanpa busana. Dengan demikian, si bayi akan merasa hangat. Cara menggendong model ini disebut metode kanguru. Untuk mencegah bayi kena udara dingin, ibu dapat menutupi keseluruhan belakang dan samping tubuh bayi dengan selimut.
KOMENTAR