Tak seperti orang dewasa, bayi menghabiskan belasan jam per hari untuk tidur. Bagaimana agar ia terbiasa tak terbangun di malam hari?
Bayi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur. Bahkan bayi yang baru lahir, bisa menghabiskan waktu sekitar 16-18 jam per hari untuk tidur. Dengan bertambahnya umur, waktu tidurnya pun berkurang. Bayi usia setahun menghabiskan waktu antara 14-16 jam. "Di atas usia setahun, bisa menghabiskan waktu antara 10-12 jam," jelas dr. Asril Aminullah, Sp.AK. dari bagian Perinatologi, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Tentu saja si kecil tak tidur terus sepanjang belasan jam. Dalam sehari, ia bisa 5-6 kali bangun (dan tidur lagi). Umumnya ia terbangun karena merasa lapar. Maklum, lambungnya masih kecil sehingga tiap 3-4 jam sekali harus diisi. Repotnya, si kecil belum tahu bedanya siang dan malam. Jadi, saat kita tengah tidur nyenyak di malam hari, ia tetap saja bangun dan menangis karena perutnya terasa lapar. Minimal, ia bisa terbangun 1-2 kali di waktu malam. Mau tak mau, kita harus menyesuaikan diri dengan pola tidurnya yang belum terpola.
GELITIK KAKINYA
Dibilang repot, kata Asril Aminullah, sebetulnya tidak juga. "Asal orangtua pandai mengatur pola tidurnya, tak jadi masalah. Misal, kebutuhan tidur bayi 16 jam. Nah, sepanjang pagi dan siang, jangan biarkan si kecil tidur lebih dari 8 jam. Bangunkan dan ajak ia bermain. Kita harus ganggu terus si bayi agar bangun. Gelitik tapak kakinya hingga ia terjaga. Bila perlu, bawa ia keluar dan terkena sinar matahari."
Mulanya, lanjut Asril Aminullah, mungkin sulit. Tapi lama kelamaan, pola akan terbentuk. Dengan tak bisa lelapnya si kecil tidur di pagi dan siang hari, "Ia akan 'membayar' kekurangan tidurnya itu di malam hari. Alhasil, waktu tidur malamnya jadi panjang."
Mengganggu agar bayi terjaga, tak perlu dilakukan tiap jam sekali. Jika ia sudah tidur 3-4 jam, baru diganggu. Juga jangan karena merasa kasihan atau tak tega membangunkan si kecil yang sedang terlelap tidur. "Kalau tak tega, bisa-bisa di malam hari orangtua yang dibangunkan anaknya," seloroh Asril.
HINDARI BOTOL
Yang perlu diperhatikan, lanjut Asril Aminullah, tak perlu setiap bayi terbangun, ibu memberi ASI. Sebab, belum tentu si kecil bangun karena lapar. "Bisa saja karena popoknya basah, digigit nyamuk, atau karena memang sudah waktunya bangun."
Pada malam hari di atas pukul 21.00, ibu juga tak perlu memberi ASI lagi. "Asal sebelum tidur sudah diberi cukup ASI. Toh, siang hari bayi juga sudah banyak melek hingga ia perlu tidur panjang di malam hari. Biasanya, ia akan terbangun jam 03.00 dini hari. Dengan demikian, ibu punya cukup banyak waktu untuk tidur sebelum diganggu kembali oleh si kecil," tutur Asril.
Kalau toh harus memberi ASI, secara bertahap kurangi jumlahnya. Hanya sekadar untuk membuat ia kembali tertidur saja. Atau, biarkan bapak menggantikan peran ibu untuk menyuapi ASI pada si kecil. Misalnya ibu sebelum tidur sudah menyiapkan ASI di kulkas dan si kecil disuapi pakai sendok. "Jangan pakai botol karena bisa merusak selera anak. Anak akan jadi lebih menyukai botol daripada puting ibunya. Akibatnya, produksi ASI ibunya pun akan berkurang karena jarang dirangsang oleh bayi," jelas Asril.
TIDUR BERSAMA
Haruskah si kecil tidur bersama orangtuanya? Pada dasarnya, kata Asril Aminullah, bayi bisa tidur di mana saja. Memang, orangtua biasanya memilih tidur sekamar dengan bayinya karena alasan rasa aman dan praktis. "Jadi, bila tengah malam si kecil terbangun, orangtua bisa langsung menanganinya." Selain itu, orangtua juga merasa lebih dekat secara batin jika sekamar dengan bayinya.
Bagaimana dengan pendapat tidur terpisah justru baik untuk melatih kemandirian anak? "Ah, itu, kan, karena orangtuanya tak mau terganggu privasinya. Bayi, kan, merem terus, belum bisa dilatih mandiri," ujar Asril. Apa pun, lanjutnya, pilihan tetap di tangan orangtua. "Bisa juga, kan, diambil jalan tengah. Saat tidur di siang atau sore hari, ia bisa ditidurkan di kamar orangtua dan malam hari di kamarnya sendiri," katanya.
TARIK SEPREI
Yang justru perlu diperhatikan orangtua adalah keamanan tempat tidur bayi. Antara lain:
* Sebaiknya tempat tidur mempunyai dinding tertutup dan tak diletakkan di tempat yang mudah terkena tiupan angin.
* Pilih tempat tidur yang agak keras dan rata. Jangan terlalu lembut yang bisa menenggelamkan kepala bayi sehingga bila bayi berbalik, hidungnya tertutup kasur. Selain itu, kasur yang rata dan agak kencang bagus untuk pembentukan otot-otot dan tulang belakangnya.
* Seprei harus ditarik kencang di bawah kasur, sehingga tak mudah kusut kala bayi bergerak-gerak. Dikhawatirkan lipatan seprei bisa menutupi hidungnya kala ia tidur miring atau tengkurap.
* Jika menggunakan bantal, perhatikan letaknya, jangan sampai menutupi hidungnya.
* Selimut jangan terlalu tebal. Hawa yang terlalu panas malah membuat bayi sulit bernapas.
* Jagalah temperatur kamar agar tetap hangat. Jangan terlalu panas dan terlalu dingin. Jika udara dingin, selimuti bayi.
Indah Mulatsih
KOMENTAR