Meski semua itu dilakukan sambil bermain, tuturnya lebih lanjut, "Bukan asal bermain saja melainkan bermain yang kreatif dan menyenangkan anak. Juga dilengkapi alat peraga sehingga anak jadi lebih mempunyai minat dan lebih tertarik." Alat peraga, tuturnya, diperlukan karena anak usia TK belum mampu berpikir abstrak. "Kalau kita mengajarkan suatu benda, harus diperlihatkan bendanya," tukas Laurentia.
KONSEP RUANG
Masih menurut Laurentia, yang pertama-tama perlu dikembangkan pada anak prasekolah ialah konsep ruang. Misalnya, di dalam dan di luar. Itu pun ada alat peraganya, misalnya kotak dan bola. Guru memasukkan bola ke dalam kotak, lalu mengeluarkannya sambil memberikan penjelasan dengan bahasa yang dimengerti anak. "Konsep tata letak kiri dan kanan juga harus diajarkan. Ini bisa diajarkan dalam berbaris. Si A sekarang barisnya di depan siapa, lalu si B di belakangnya siapa. Si C di samping kirinya siapa, dan sebagainya. Dengan cara ini, anak, selain mengenal temannya lebih dekat, juga dia tahu letak posisi," papar Laurentia.
Konsep tata letak, lanjutnya, sangat berguna untuk anak belajar menulis nantinya. Sebab, dalam menulis, anak pun harus tahu tata letaknya. Misal, menulis huruf b, perutnya harus ada di sebelah kanan dari garisnya. Atau menulis angka 3. "Sering terjadi, anak tak tahu menulis angka 3. Ada yang menulisnya dalam posisi tidur, bahkan ada yang menulisnya ke kanan seperti huruf E," tambahnya.
Jadi, tandas Laurentia, meski pembelajarannya bukan bersifat kognisi yang mementingkan baca-tulis dan menghitung, tapi tetap berguna untuk perkembangan kognisi anak nantinya. Sebab, "Itu semua merupakan dasar untuk perkembangan selanjutnya," tandas Sarjana Pendidikan jurusan Psikologi Pendidikan & Bimbingan dari Universitas Atmajaya Jakarta ini. "Jika anak sudah paham betul letak posisi, saya rasa akan dapat menghindarkan dia dari menulis terbalik dan sebagainya. Tentu pengajarannya harus berulang-ulang, nggak bisa hanya sekali diajari terus anak langsung mengerti," katanya lagi.
Namun begitu, perlu pula diperhatikan orangtua, apakah TK tersebut juga melihat potensi perkembangan anak secara individual atau tidak. Misalnya, di kelas ada seorang anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata atau malah sebaliknya. "Untuk anak-anak seperti ini tentunya perlu penanganan khusus. Maksudnya, kita tak boleh menyamaratakan dengan teman-temannya yang lain, karena potensinya berbeda. Jadi, kita harus betul-betul melihat atas keunikan masing-masing anak dan itu harus dijalankan secara individual," terang Laurentia.
HARUS KERJASAMA
Oleh sebab itu, sambungnya, guru sangat berperan di TK. "Kalau gurunya tak kreatif, tak bisa menciptakan situasi belajar-mengajarkan yang menyenangkan, anak tak akan tertarik dan proses pembelajaran pun jadi tidak optimal," katanya. Kendati demikian, lanjutnya, "Kita tak bisa mengatakan, sekolah itu bagus karena guru-gurunya 'hebat'. Sebetulnya, yang membuat si guru 'hebat' adalah bagaimana dia bisa berkomunikasi dengan orangtua. Jadi, harus ada kerjasama antara guru dan orangtua."
Laurentia mengingatkan, anak berada di "sekolah" hanya beberapa jam. "Waktu yang paling lama adalah di rumah. Jadi, apa yang sudah diajarkan pihak TK, disiplin yang sudah diajarkan, tata tertib, pembiasaan yang baik, dilanjutkan di rumah," katanya. Baik juga bila pengasuh anak diajak kerjasama. Apalagi jika kedua orangtua bekerja dari pagi dan baru pulang sore atau malam, sehingga anak lebih banyak bersama pengasuhnya. "Pentingnya kerja sama ini bukan hanya sampai ke orangtua tapi juga pengasuh," tandasnya.
Pendek kata, tegas Laurentia, "Sebagus apa pun TK, jika tak ada kerjasama yang baik dengan orangtua, hasilnya tak akan optimal seperti yang kita harapkan. Kalau anak pintar tapi emosinya kurang baik, kan, tak seperti yang kita harapkan. Karena kita bukan hanya mengembangkan kognisi anak tapi juga bagaimana agar anak tahu aturan, berelasi dengan teman-temannya, bersosialisasi dengan baik, bisa mengekspresikan dirinya."
Ia juga mengingatkan, orangtua tak bisa sepenuhnya mengandalkan sekolah. Sebab, sekolah sebenarnya hanya membantu orangtua dalam mendidik anak. "Tetap kita, sebagai ayah dan ibu, adalah pemeran utama dalam mendidik anak!" tegasnya.
Masalah Jarak Rumah Ke TK
KOMENTAR