TabloidNova.com - Beberapa survei yang digelar untuk mengetahui popularitas kedua pasang capres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla, menunjukkan bahwa pasangan Jokowi-JK lebih populer di kalangan perempuan.
Survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI), yang dirilis 13 hari menjelang pemilu pada 9 Juli 2014, misalnya, memaparkan bahwa Jokowi-JK lebih banyak dipilih kaum perempuan, sedangkan Prabowo-Hatta lebih banyak dipilih oleh laki-laki. Hasil survei yang detail dipaparkan oleh peneliti dari CSIS (Center for Strategic and International Studies).
Survei CSIS menyebutkan bahwa perbandingan pemilih perempuan adalah 40,20 persen untuk pasangan Prabowo-Hatta, dan 44,20 persen untuk Jokowi-JK. Sedangkan perbandingan pemilih laki-laki adalah 40,50 persen (Prabowo-Hatta) dan 43,30 persen (Jokowi-JK).
"Perempuan memang lebih cenderung ke Jokowi. Sedangkan imej dari kubu No 1 memang sangat maskulin, sehingga lebih banyak menarik pemilih lelaki," ujar Tobias Basuki, peneliti bidang politik dan internasional dari CSIS, diwawancara di Metro TV, Rabu (9/7) pagi.
Namun, diperkirakan ada perubahan demografi dari sisi pemilih laki-laki. Hal yang menarik, perubahan terjadi dari exit poll (survei yang dilakukan dengan mewawancara para pemilih di TPS), di mana pemilih laki-laki yang semula memilih Prabowo berpindah memilih Jokowi.
"Hal ini kemungkinan dipicu one final big push seperti digelarnya Konser Salam 2 Jari beberapa waktu lalu, yang mengecilkan jumlah undecided voters," tambah Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, dalam bincang-bincang yang sama.
Informasi menarik juga dikemukakan oleh Eep Saefulloh Fatah, pengamat politik dari Universitas Indonesia. Saat dilakukan exit poll, tidak semua responden mau memberi jawaban. Namun dari 85 persen yang mau memberikan jawaban, ada sedikit pergeseran di kalangan pemilih laki-laki.
"Ada beberapa tafsir, pemilih laki-laki yang tadinya swing voters, menjelang pemilihan berlangsung semakin firmed untuk memilih Jokowi. Kemungkinan ini terjadi karena tadinya mereka menyembunyikan jawabannya, atau belum punya pilihan," ujar Eep, yang juga konsultan politik untuk Polmark Indonesia.
Tafsiran lain, menurutnya, ternyata masalah ketegasan tidak lagi dimonopoli oleh Prabowo. Meskipun begitu, karena hasil survei seutuhnya belum didapat, analisa ini belum dapat dijadikan jawaban yang mutlak.
Dini Felicitas
KOMENTAR