Sejak tiba di tanah air, Selasa (21/6) silam, Cesc disambut hangat. Ia pun mengaku sangat antusias ingin melihat kebolehan tim-tim yang berlaga di Biskuat Tiger Cup. "Senang sekali melihat anak-anak bermain. Saya juga pernah jadi anak-anak" ungkap Cesc.
Ketika akhirnya menyaksikan laga final BTC antara tim SD 064011 Medan dan SD Nilem Bandung, Kamis (23/6) di Stadion Ngurah Rai, Bali, Cesc terlihat bersemangat dan tekun memantau pertandingan. Sesekali, ia bahkan ikut berteriak menyemangati kedua tim yang bertanding. Laga pun akhirnya dimenangkan oleh utusan kota Medan. "Kalau kalah, jangan lantas patah semangat. Terus berlatih dan bertanding. Semua soal konsistensi dan fokus. Satu saat, mimpi-mimpimu pasti tercapai," pesan Cesc.
Selama kunjungannya ke Indonesia, Cesc tak pelit berbagi ilmu. Cesc kerap bercerita tentang bagaimana seorang anak bisa mulai membangun jalur sukses di sepak bola. "Saya mulai dari sepak bola jalanan. Saya bermain dengan teman-teman sepanjang hari, dan saya menyukainya. Yang penting, kau harus melakukan apa yang kau sukai," ujar Cesc.
Sejak kecil, Cesc tahu betul apa yang diinginkannya. "Kata ibu saya, sejak saya berumur 6 bulan, saya selalu memgang bola. Tidur dan ke kamar mandi pun saya memegang bola. Bahkan, ketika ibu saya mengajak ke restoran cepat saji, saya menolak, karena saya tahu, saya butuh banyak protein bagus untuk tetap fit bermain bola."
Lantas, apa tips Cesc bagi anak-anak Indonesia? "Ini adalah pengalaman yang berharga untuk anak-anak. Setidaknya, mereka bisa belajar berkompetisi di lapangan. Bahwa untuk bisa meraih kemenagan, kau harus benar-benar berjuang untuk itu."
Meski menyandang gelar sebagai salhs atu pesepak bola top dunia, Cesc mengaku masih menyimpan asa untuk bisa melatih sepak bola suatu saat kelak. "Ya, kenapa tidak? Beberapa waktu ke depan mungkin saya akan mengambil kelas untuk mendapatkan sertifikat dan izin melatih," kata Cesc.
Meski begitu, saat ini, Cesc merasa belum siap untuk menjadi pelatih seutuhnya. "Sekarang, saya sepertinya lebih baik ikut dilatih dari pada benar-benar mulai melatih. Bukan gugup, hanya saja, saya merasa belum pantas. Karena saya masih ingin bermain sepakbola 10 sampai 15 tahun ke depan. Tapi itu bisa menjadi salah satu opsi masa depan saya."
Yetta
KOMENTAR