Metode yang digunakan untuk perbandingan standar hidup masyarakat kota Jakarta dengan kota-kota lain tadi adalah dengan membandingkan harga dari produk-produk konsumtif yang cenderung menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat masa kini. Produk-produk itu mulai dari harga secangkir kopi, tiket bioskop, handphone, ayam KFC, baju Zara, gym membership, penginapan di hotel, sampai harga berlangganan internet.
Agar mendapatkan hasil perbandingan yang akurat, IBC melakukan perbandingan harga dari setiap kota pada tanggal yang sama (21 Februari) dan telah memberikan spesikasi yang jelas untuk setiap produk-produk tadi. Untuk harga kopi, IBC mengacu pada harga Hot Cappucino Grande Starbucks. Harga tiket bioskop didapati dari pemain utama jaringan bioskop di setiap kota dengan spefikasi produk yakni harga normal satu tiket bioskop reguler pada hari Sabtu malam.
Dari sisi makanan yang dikonsumsi, kami mengacu pada harga dua potong dada ayam dari restoran cepat saji international yaitu KFC. Harga itu tidak termasuk biaya tambahan apa pun, seperti biaya minuman dan biaya antar. Untuk harga handphone, kami menunjuk pada harga tunggal Samsung Galaxy S4 (tak termasuk biaya-biaya lain seperti biaya kontrak, dan lainnya).
Dari segi pakaian, IBC mengacu pada harga kemeja putih tangan panjang wanita dari Zara (nama produk: long sleeve shirt). Kemudian, IBC juga melihat harga 1 tahun gym membership dari perusahaan fitness/gym ternama di setiap kota, di mana harga membership itu merupakan harga dari program yang terlengkap, termasuk personal trainers dan berhak menggunakan semua fasilitas yang tersedia.
Sementara untuk harga penginapan hotel, kami mengacu pada harga hotel berbintang yakni hotel Four Seasons. Harga itu merupakan harga kamar double-bed termasuk makan pagi. Produk yang terakhir adalah paket langganan internet terbaik untuk stu bulan dari perusahaan penyedia internet ternama di setiap kota. Harga dari produk itu hanya untuk paket internet (tidak terikat dengan paket lain seperti paket untuk televisi, telepon, dan lainnya) dan tak termasuk biaya set up.
Setelah mengkonsolidasikan harga setiap kota dari produk-produk tersebut, kami mengkonversikan harga produk-produk tadi ke satu nilai mata uang Amerika (USD) di mana kami mengacu pada nilai tukar mata uang dari FX-rate pada tanggal survei diadakan, yakni tanggal 21 Februari. Kemudian, gaji rata-rata dari setiap negara di kota-kota metropolitan yang bersangkutan diperbandingkan langsung dengan harga dari produk-produk tadi. Seperti itulah metode yang digunakan IBC untuk survei "Jakarta = Kota Mahal?".
Intan Y. Septiani/Ipsos Business Consulting
KOMENTAR