Baru saja saya mendapatkan sebuah penghargaan dari International Development Award yang diadakan oleh Kedutaan Inggris dan dewan kesenian Inggris tahun ini. Penghargaan tersebut memungkinkan saya untuk menghabiskan waktu di Yogyakarta dan dapat membuat karya seni di studio sambil mengembangkan hubungan dengan seniman, penulis, dan kurator di Indonesia.
Apa yang Anda lakukan untuk tetap menjadi inspirasi bagi perempuan, khususnya di Indonesia?
Tidak seperti bentuk seni lain, seperti musik dan penampilan, seni visual memungkinkan pencipta untuk tetap tak terlihat. Padahal, jika diberikan kesempatan, wanita dapat mengambil tempat yang layak.
Sejak zaman Kartini, saya percaya sudah banyak perubahan terkait dengan bagaimana orang-orang menilai fisik seorang wanita. Dan dalam membuat seni, pandangan dan pendapat dapat dieksplorasi secara kreatif tanpa adanya tekanan. Wanita akan diizinkan untuk menjadi pencipta dari sebuah hasil seni. Mereka mendapatkan sorotan dalam hal tersebut, bukan dalam penampilan fisik. Peran wanita dalam seni menjadi suatu hal yang diperhitungkan, di mana rasa hormat akan didapatkan dari sebuah opini ataupun kreasi.
Omong-omong, rindukah pada tanah air?
Sudah pasti, terutama pada keluarga. Tiap musim panas saya selalu pulang ke Bali. Saya selalu ingat matahari, laut, warna, dan baunya. Soal makanan, saya juga rindu dengan makanan yang biasa dibeli di pasar senggol, di kota kelahiran ibu saya di Tabanan, Bali. Selain itu, saya ka-ngen mandi di "pancuran" ayah saya di desa Jangu, Karangasem, Bali.
CAROLINE PRAMANTIE
KOMENTAR