Hingga saat ini, kondisi 72 sekolah tersebut sangat memprihatinkan. Terutama dua Sekolah Dasar mengalami dampak kerusakan yang paling parah yakni, SDN 52 Manado di Ternate Tanjung Kecamatan Singkil dan SDN 109 Manado di Pakowa Kecamatan Wanea.
Berdasarkan laporan Koordinator Lapangan Tim Disaster Emergency and Relief Management-Aksi Cepat Tanggap, Diding Fachrudin, kondisi di kedua sekolah tersebut sungguh memprihatinkan. Lumpur tebal ada di mana-mana baik di luar maupun di dalam ruangan. Semua inventaris dan data-data sekolah hanyut tersapu air bah. Kondisi bangunan hancur dan luluh lantak.
Menurut saksi mata bernama Noval Dalita, ia melihat air bah menghantam SDN 52 Manado dengan sangat dahsyat.
"Sekolah so nyanda dapa lia, cuman dapa lia depe seng, (Sekolah sudah tidak terlihat.Yang terlihat hanya atap sengnya saja, Red)," ungkap Noval.
Sementara Wakil Kepala Sekolah SDN 109 Manado, Hetty Turanga mengatakan, banjir menyapu sekolah dan perumahan guru di sekelilingnya.
Tak hanya itu, beberapa rumah guru yang berada disekitar SDN 109 ikut tersapu banjir. Untuk saat ini mereka mengungsi di beberapa rumah warga yang letaknya berada di bukit belakang sekolah. Belum dapat dipastikan kapan aktivitas belajar mengajar akan kembali dimulai. Sementara kondisi sekolahnya sendiri hingga kini masih luluh-lantak tak karuan.
Diding menambahkan, sebagian besar masyarakat masih mengungsi di masjid, gereja dan sekolah-sekolah. Warga masih membutuhkan makanan, air bersih dan pakaian layak pakai juga pakaian dalam.
"Meski kiriman logistik lancar, sepertinya tidak ada yang mensosialisasikan kepada masyarakat lokasi posko-posko banjir. Sehingga, banyak yang tidak memperoleh bantuan,"ungkapnya.
Sampai saat ini, kerugian banjir Manado diperkirakan mencapai Rp 1,8 triliun. Sekitar 3.611 rumah rusak ringan, 1.966 rumah rusak sedang, 4.789 rumah rusak berat, 38 masjid rusak, 28 gereja, dan empat klenteng juga rusak. Adapun jumlah korban meninggal mencapai 19 orang.
Laili
KOMENTAR