Kepergian dua buah hati terkasih itu sangat merajam hati Sugeng, Eni, dan keluarga besarnya. Pekan sebelumnya, rumah mereka didatangi perampok di siang bolong. Tak sekadar mengambil uang dan barang-barang berharga, dua orang perampok itu tega membunuh Kanaya dan Keanu. Pembantu rumah tangganya, Murni (39) lolos dari maut namun kondisinya cukup parah. Mereka bertiga terluka berat di bagian kepala akibat hantaman linggis yang dilakukan para pelaku.
"Istri saya sangat trauma tiap ingat kejadian itu. Sampai sekarang, dia tidak berani pulang ke rumah karena selalu teringat dua anak kami. Sekarang, dia tinggal bersama keluarganya. Bahkan, ketika dia melihat mobil kami, dia tak kuat dan pingsan. Ya, di mobil itulah kami sering bepergian bersama. Mobil itu selalu mengingatkan kami kepada anak-anak," ujarnya lirih.
Kamis Siang yang Memilukan
Kejadian di hari Kamis (9/10) siang itu sama sekali tak diduga Sugeng. Sebelum berangkat kerja, ia masih sempat berjalan-jalan bersama dua buah hatinya di sekitar rumahnya. Karyawan BPR ini pun lantas tenang saja pergi ke tempat kerjanya, juga sang istri yang bekerja sebagai karyawan di Universitas Diponegoro. "Tiap kami berangkat kerja, sehari-hari Kanaya dan Keanu ditemani pembantu, Mbak Murni," kisah Sugeng.
Sugeng merasa tenang karena selama ini, Murni adalah pembantu yang baik. Kebetulan Sugeng dan Murni sama-sama berasal dari Klaten. Selama dua tahun bekerja, Murni juga menunjukkan sikap baik. Itu sebabnya, Sugeng percaya betul kepada Murni. Sore menjelang pulang kerja, Sugeng menerima telepon dari istrinya untuk segera pulang ke rumah. Suara sang istri yang bercampur isak tangis, membuat Sugeng panik. Sampai rumah sekitar pukul 17.30, warga termasuk polisi sudah memadati rumahnya.
Pikiran Sugeng kalut ketika melihat kedua anaknya sudah tewas dengan bagian kepala bersimbah darah. Murni yang juga terluka berat segera dibawa ke RS Kariadi, Semarang. Sugeng mengatakan, kejadian memilukan itu pertama kali diketahui istrinya. Eni sampai rumah sekitar jam 16.30. "Pintu depan tertutup, makanya istri masuk rumah lewat pintu samping. Di kamar depan, dia lihat Murni tergeletak dengan luka parah di kepala.
Lalu, istri saya melihat Kanaya dan Keanu seperti tertidur di depan teve yang masih menyala. Ternyata, anak-anak juga sudah meninggal. Bahkan, tubuhnya sudah kaku," ujar Sugeng dengan nada tersendat. Tangis pun pecah, Eni segera menghambur ke luar rumah minta pertolongan tetangga. Salah satu tetangganya, kebetulan seorang polisi. Dengan cepat berita siang berdarah itu pun menyebar.
Sugeng dengan hati terluka, ikut menemani kedua anaknya yang sempat dibawa ke RS. Ia juga menemani sampai ke kamar mayat. Luka anaknya di bagian kepala memang sangat parah. Darah bahkan masih tampak merembes. Belakangan ia paham, luka di kepala itu akibat pukulan linggis. "Pelakunya sadis sekali. Kenapa anak-anak juga harus disakiti?" keluh pria anak ke-6 dari 8 bersaudara ini.
Keesokan harinya, jasad kedua buah hatinya dimakamkan diiringi duka keluarga. Keadaan Murni kini sudah lebih baik. Murni langsung masuk ICU dan sudah menjalani operasi di bagian kepala. "Mbak Murni masih harus operasi lagi. Akibat pukulan itu, tempurung kepalanya retak. Kabarnya, ada serpihan yang sampai ke otak dan harus dibersihkan," kata Sugeng yang saat wawancara ditemani kakak nomor duanya, Sri Sunarti atau Narti.
Narti menambahkan, ia beberapa kali menengok Murni. Kebetulan, anak Narti sedang koas di RS Kariadi. "Sampai sekarang Murni belum tahu momongannya sudah meninggal. Setelah beberapa hari kritis, sekarang kondisinya agak membaik. Kemarin dia pindah ke kamar perawatan. Sebelumnya dokter mengatakan, karena lukanya parah, harapan hidupnya fifty-fifty. Murni sempat menjalani transfusi darah."
Murni sempat sadar dan bertanya kepada anak Narti yang saat itu menjenguknya. "Mbak Caca, bagaimana keadaan Kanaya dan Keanu.?" Caca sengaja mengatakan, Kanaya dan Keanu ada di rumah. Setelah itu, Murni kembali tak sadar.
Jantung Terasa Berhenti
Sugeng memperkirakan, peristiwa itu terjadi di atas jam 13.00. Sebab, ada tetangga yang masih melihat anak-anak bermain di depan rumah. Lalu, sekitar jam 13.00 ada tetangga yang mengetuk pintu dan memanggil Murni, namun tak ada jawaban. "Jam segitu memang waktunya anak-anak tidur siang. Biasanya anak-anak bangun jam 14.00," kata Sugeng.
Selanjutnya, tak ada yang tahu persis apa yang terjadi di dalam rumah Sugeng yang ditata artistik itu. Hanya saja, tetangga belakang rumah sempat mendengar teriakan suara perempuan. "Tapi dia mengira saya dan istri sedang bertengkar. Kebetulan, dia tetangga baru. Tetangga lama, sih, sudah tahu kebiasaan kami. Kalau sepeda motor saya dan istri tak terlihat di depan rumah, berarti kami masih di kantor."
Dugaan Sugeng, pelaku sengaja membunuh anaknya lantaran takut ketahuan perbuatannya terbongkar. Namun yang membuatnya pedih, kenapa itu terjadi pada anak-anak yang tak bersalah. Salah satu rekan Sugeng dari Jakarta yang hari itu melayat mencoba membesarkan hati Sugeng. "Allah sudah menggariskan nasib anak-anak meninggal dengan cara seperti ini. Saya yakin, jalan mereka akan lancar karena anak-anak, kan, masih bersih."
Sugeng pun sudah memasrahkan semuanya kepada Allah. Untuk mengobati luka batinnya, ia terus berzikir dan salat. "Cobaan ini memang berat," tuturnya. Narti menambahkan, jangankan Sugeng dan istri, "Keluarga besar kami juga sangat berduka. Rasanya tidak percaya."
Bisa jadi, musibah ini adalah jawaban kegelisahan yang dialami Sugeng sebulan belakangan ini. Narti mengatakan, Sugeng mengeluh suka deg-degan. Jantungnya seperti berhenti. "Apa saya mau mati, ya? Padahal, anak-anak masih kecil." Narti pun meminta Sugeng periksa dokter. "Enggak tahu kenapa, saya merasa waswas. Ternyata, hasil pemeriksaan laboratorium semuanya bagus. Kata dokter, saya tidak sakit apa-apa," ujar Sugeng..
Belakangan, adik istrinya yang tinggal di Balikpapan mengisahkan mimpinya. "Dia mimpi melihat ayahnya menggandeng seorang anak, dan satu anak lagi digendong. Mereka tampak ceria bermain di taman yang indah," kata Sugeng. Mimpi kedatangan ayah yang sudah meninggal 20 tahun lalu pas Hari Idul Adha ini cukup mencemaskan.
"Dalam mimpi adik ipar saya, jelas melihat ayahnya tapi wajah dua anak itu samar-samar. Adik istri saya ini juga sempat sakit." Ternyata, mimpi anak yang diajak bermain itu, pertanda Kanaya dan Keanu akan pergi. "Semoga mereka kini tengah bermain di taman surga."
Senang Menyanyi
Sugeng masih ingat masa-masa indah bersama Kanaya dan Keanu. Ia paham, sehari-harinya ia sibuk bekerja. Di saat libur, "Kami sering pergi bersama. Kadang jalan-jalan ke Simpang Lima, kadang ke Taman Setia Budi. Minggu pagi, di taman itu banyak sarana bermain anak-anak. Ada odong-odong atau mobil-mobilan. Anak-anak senang main di sana," katanya.
Narti menambahkan, kelucuan dan kepintaran Kanaya yang bongsor itu juga selalu menghibur keluarganya. "Lucu, saat menangis pun dia masih bisa menjawab pertanyaan. Hari Minggu sebelum kepergiannya, Sugeng sekeluarga, kan, main ke rumah. Kanaya menangis karena tak mau pulang. Lalu, saya tanya, sandal Kanaya gambarnay Sponge Bob, ya? Eh dia jawab, bukan tapi Shaun The Sheep katanya," tutur Narti yang sangat terkenang momen lucu Kanaya. "Di rumah, dia senang lompat-lompat di kasur. Baru kemarin Kanaya dan Keanu saya gendong, eh, sekarang mereka sudah enggak ada."
Kanaya juga sudah pintar menyanyikan lagu anak-anak, termasuk Kisah 25 Rasul. "Sambil menyanyi, dia bawa selendang. Tingkahnya lucu dan menggemaskan," tutur Sugeng seraya menunjukkan foto Kanaya yang gemuk. "Dia tampak cantik."
Selain menyanyi, imbuh Narti, Kanaya juga sudah pandai berhitung angka. "Dia hafal semua nama keluarga kami. Kebetulan, dari 8 bersaudara, tiga orang tinggal di Semarang. Jadi kami sering berkumpul. Nah, saat berkumpul, Kanayan sangat akrab dengan semua saudara.
Kini, Sugeng belum tahu apakah akan tetap tinggal di rumah penuh kenangan indah tapi menyimpan trauma itu atau akan pindah. Ia dan istri masih berusaha mencoba menata hati, sambil menyerahkan kasus ini ke pihak berwajib. Ia pun berharap, para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal.
Perampokan Terencana
Kasus pembunuhan yang tergolong sadis itu dengan cepat diungkap tim gabungan Polda Jateng. Polisi berhasil menangkap eksekutor, AM yang mengaku kekasih Murni. Dalam menjalankan aksinya, AM (28) yang berpofesi sebagai pemulung dibantu AR (29). Keduanya ditangkap di kampung halamannya di Jepara. Selain itu, polisi juga menangkap S (51) penadah barang rampokan dengan barang bukti perhiasana berupa tiga cincin dan satu kalung.
Jejak mereka terlacak dari sinyal HP milik Murni yang dirampas AM. Wajah salah satu pelaku juga berhasil dikenali salah satu saksi, sehingga polisi berhasil membuat gambar wajahnya. Kepada para wartawan, pelaku pun mengakui perbuatannya. AM mengaku kenal Murni di Jepara saat Murni mengunjungi keluarganya.
Siang di hari kejadian, AM janji bertemu Murni ditemani AR. Ia pun mengaku sudah merencanakan perampokan. Sempat berbincang dengan Murni, AM melakukan aksinya saat melihat rumah sepi. Saat Murni ke dalam kamar, AM menghantam kepala Murni dengan tangan kosong sampai pingsan. AR pun mengacak-acak rumah dan menemukan sejumlah perhiasan dan uang.
Saat itulah, Kanaya dan Keanu menangis. AM lalu memukul kedua batita itu menggunakan linggis hingga tewas. AR mengaku memegangi Murni dan AM kembali memukulnya dengan linggis. "Saya pukul anak-anak karena panik," ujar AM. Setelah itu, mereka pun kabur.
Henry Ismono
FOFO-FOTO: repro/Henry Ismono/NOVA
KOMENTAR