Anak-anak di Kabupaten Kupang memiliki aktivitas sehari-hari yang cukup berat dibanding anak-anak kebanyakan di Indonesia. Jika pukul 7 ?pagi anak-anak di Jakartaa sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah, anak-anak di kabupaten Kupang justru mengasuh adik sembari menimba air untuk kebutuhan sehari-hari.
Desinta Magdalena Tse (12) misalnya. Anak perempuan yang sejatinya siswi kelas 6 Sekolah Dasar ini, ketika ditemui di kediamannya di desa Fatumonas, Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, masih asyik menggendong adik bungsunya saat jam masih menunjukkan pukul 6 ?pagi. Kakak perempuan Desi, sudah lebih dulu pergi pagi-pagi buta mencari air. Sementara ibunya menyiapkan makanan dan air panas untuk keluarga, lalu ayahnya mengerjakan ladang atau mencari kebutuhan keluarga.
"Nanti sekolah jam 8. Tapi kalau ?pagi kita makan ?pagi dulu dengan nasi," ujar Desi sembari tersenyum. Desi sendiri yang merupakan anak kedua dari 6 bersaudara, tak pernah malas bersekolah. Setiap hari dirinya berjalan belasan kilometer untuk mencapai sekolah. Kendati harus berjalan kaki tanpa bekal, Desi setiap hari tetap masuk sekolah. Tak bertangan kosong, Desi menenteng satu jerigen kecil air untuk dikumpulkan di sekolah.
Sepulang sekolah sekitar pukul 12 siang, Desi beristirahat sebentar. Sekitar pukul 3 sore, Desi mulai menimba air lagi hingga total mendapat sekitar 5 jerigen air untuk ditampung di rumah. Demi mendapatkan air, dirinya harus berjalan kaki tanpa alas kaki hingga satu kilometer. "Air untuk mandi sama minum," ujar Desi sumringah.
Kendati hidup dengan sangat bekerja keras Desi tetap semangat mengenyam bangku sekolah. "Tidak ada cita-cita, cuma sekolah saja!" tandas Desi malu karena dirinya tak punya cita-cita layaknya anak-anak kebanyakan.
Laili
KOMENTAR