Aksi ini dilakukan oleh komplotan penipu yang diotaki oleh AAM (53), pria asal Cirebon, Jawa Barat. Awalnya, AAM diajak rekannya, berinisial A, yang terlibat dalam sebuah jaringan penipu untuk menipu seseorang. A mengaku, saat itu ia baru saja menerima uang sebesar Rp 700 juta dari seorang korban.
Gayung bersambut, AAM pun berminat dan mereka kemudian membuat skenario perusahaan fiktif yang memiliki proyek pencairan uang dari gudang penyimpanan uang tunai. Kepada korban, AAM mengaku memiliki tumpukan uang yang belum dipotong dari Bank Indonesia (BI). Mereka mengaku, uang tersebut masih tersimpan di sebuah gudang di Cilacap dan butuh uang tunai untuk mengeluarkannya.
Korban sempat meminta untuk melihat gudang tersebut, tapi tersangka selalu tidak mau menunjukkan. Pelaku malah meyakinkan korban dengan janji-janji dan foto-foto tumpukan uang serta salah satu contoh uang asli yang belum dipotong. Belakangan diketahui, selembar uang pecahan seratus ribu tersebut merupakan suvenir PERURI yang bisa dimiliki siapa saja.
Dengan mudah korban terpedaya dan mentransfer uangnya sebesar Rp 2 milyar dari total Rp 60 Milyar yang disepakati. Kepada korban pelaku mengaku akan menggunakan uang itu untuk membuka rekening bersama yang akan dipergunakan mencairkan uang dari gudang.
"Kepada korban, pelaku menjanjikan akan mengirim Rp 60 milyar. Namun baru pertama kali menyetor, pelaku sudah menarik dana dan kabur," kata Anton.
Dua orang korban AAM melaporkan kejadian tersebut ke SPKT Polda Metro Jaya. Dan pada tanggal 31 Juli 2013, AAM dibekuk di hotel Sukabumi, Jakarta Timur. Selain AAM ditangkap pula komplotan AAM lainnya yang berjumlah 4 orang.
Bersama mereka polisi menyita beberapa barang bukti. Seperti satu buah proposal proyek penimbunan tanah lahan batu bara PLTU Gunung Rajo, Prabumulih, Sumatera Selatan, satu lembar surat keterangan BNI (proof of fund) tertanggal 25 Februari 2011, lima lembar uang kertas dengan empat buah uang Rp 100 ribu yang belum dipotong (un cut money), empat bundel uang palsu pecahan Rp 100 ribu, dan sebuah mobil Toyota Avanza.
Laili
KOMENTAR