Tak seperti biasanya, istri Wiranto, Rugaiyah Usman atau lebih dikenal dengan Uga Wiranto, mengaku merasa gelisah selama tiga minggu belakangan ini. Ia juga merasa seolah ada sesuatu yang hilang dalam dirinya tanpa tahu apa sebabnya. Di waktu lain, ibu tiga anak ini juga pernah merasa ada yang membangunkannya untuk salat malam, kemudian merangkulnya. Ternyata semua itu adalah pertanda.
Ya, putra bungsu Wiranto-Uga, Zainal Nur'rizky (23) atau Inal, yang kini tengah mendalami ilmu Al-Quran di Perguruan Tinggi Ilmu Agama Islam Darul Uloom Zakariyya Johannesburg, Afrika Selatan, meninggal dunia akibat demam tinggi dan sempat dirawat di rumah sakit setempat, Selasa (28/5).
"Sesudah salat malam saya witir, tapi saat itu ada perasaan sepertinya saya sedang menyelam di dalam air kemudian harus mendaki. Rasanya, kok, saya seperti sedang penuh perjuangan. Saya bertanya-tanya sendiri, ini ada apa? Oh, jawabannya ternyata ini. Kami harus menerima cobaan," tuturnya seusai acara pengajian di rumahnya, kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur, Kamis (30/5) malam.
Gelar Karpet Merah
Rasa terkejut sempat menghampiri Uga ketika ia baru saja tiba di Jakarta, Rabu (29/5) siang, dari kota Malang. Tiba di rumah, ia mendapati karpet merah tergelar di rumahnya. "Saya bingung, pulang-pulang, kok, ada karpet merah. Kata orang rumah, mau ada pengajian. Saya membatin, sebagai tuan rumah saya enggak dikasih tahu akan ada apa."
Masih menyimpan rasa penasaran, Uga mengaku sempat menyiapkan makan siang, seolah tak ada masalah apa-apa. Namun belum ada satu pun orang rumah yang memberi tahunya. "Tak lama kemudian saya dipanggil Bapak. 'Bu, sini duduk.' Batin saya kembali bertanya-tanya, Bapak, kok, terlihat serius sekali. Dada saya langsung deg. Ada apa, ya? Akhirnya Bapak menyampaikan kabar duka itu. Inal meninggal dunia Rabu (29/5) dini hari jam 01.00," tuturnya.
Setengah jam usai mendengar kabar duka dari sang suami, Uga mengaku syok namun masih tak percaya. Bahkan, katanya, air matanya pun sempat tak keluar sama sekali. Uga masih berkeyakinan, Inal akan segera sampai ke rumah sebab sedianya Inal dijadwalkan pulang ke Indonesia di pekan itu untuk mengurus perpanjangan visa belajarnya di Afrika Selatan.
Menurut kabar yang diterima keluarga, ujar Uga, Inal tiba-tiba terkena demam tinggi dan tak bisa diselamatkan. "Kemudian Bapak harus segera ambil keputusan yang sangat sulit, soal Inal mau dimakamkan di mana. Terbang ke sana, kan, sebelas jam lamanya. Belum lagi soal perizinan yang tidak mudah untuk bawa jenazah ke sini. Sesuai akidah Islam, jenazah harus segera dimakamkan. Akhirnya diputuskan Inal dikebumikan saja di pemakaman umum muslim di Lenasia, Johannesburg. Bumi adalah tanah Allah, jadi didoakan di mana juga bisa," ujar Uga pasrah.
Menurut Uga, enam bulan terakhir ini sudah dua kali ia berkunjung menjenguk Inal. Sebagai ibu, nasihat yang selalu disampaikan ke Inal adalah jangan terlalu sering meninggalkan belajarnya.
"Saya ingat sekali, pertama kali jenguk, dia terlihat sehat dan tampak senang sekali. Bahkan suatu malam sebelum saya pulang ke Indonesia, kami sempat mengobrol sampai larut malam. Tiba-tiba lampu mati tapi karena dia masih ingin mengobrol, Inal menyalakan lampu senter dari ponselnya. Sama saya dia kolokan sekali. Beda sekali kalau di lingkungannya, dia justru bisa jadi pemimpin," kenang Uga penuh haru.
KOMENTAR