"Saya tahu ada Junis dan Tiara. Tiara usianya 7 tahun dan yang kecil (Junis) usianya 3 tahun. Kan, saya sempat pacaran tidak lama, jadi tahu kalau dia (Nahnu) sudah punya anak. Dan, saya kasihan karena tidak mungkin seorang bapak mengurus anak-anak sendirian,"ungkapnya lirih.
Saat menikah dengan Nahnu, Nurlena mengaku telah menancapkan niat dalam dirinya untuk menjadi ibu rumah tangga penuh dan merawat anak serta suaminya.
Sayang, baru 3 bulan Nurlena menyandang status baru sebagai Ny.Nahnu, dirinya diminta pulang ke orangtuanya.
"Saya lalu pisah dan balik ke orangtua. Tapi kemudian saya kembali ke rumah (Nahnu) sekitar bulan Juni karena tidak bisa berpisah dengan anak-anak. Tapi bulan September baru kita bisa kumpul lagi, dengan suami dan anak-anak," ungkapnya.
Di hadapan majelis hakim, Nurlena mengaku jika dirinya berusaha baik pada anak-anak tirinya karena pada dasarnya dia sayang pada anak-anak Nahnu.
"Akhir tahun 2012 sebenarnya saya ingin sekolahin Tiara. Tapi karena tahun ajarannya nanggung ya belum sempat disekolahkan," ujarnya berupaya menepis beberapa tudingan dirinya tidak memberi hak pendidikan pada Tiara (7) padahal sudah sempat bersekolah dan putus di jalan.
Setelah lewat 2 bulan tinggal bersama anak-anak lagi, Nurlena mengaku mulai tak bisa mengontrol emosi. "Bulan selanjutnya saya mulai mencubit, menjewer dan berkata kasar. Kadang juga memukul mulut mereka. Saya lakukan karena mereka susah diatur," ujarnya menjelaskan dasar tindakannya.
Mirisnya, Nurlena tidak sekali saja melakukan kekerasan pada Tiara maupun Junis. "Saya pernah hukum dengan mengikat tangan sama kaki. Saya lakukan beberapa kali. Tapi tidak sering, sekitar 7 kali saja," ungkapnya.
Selain menghukum dengan berdiri dalam kondisi terikat, ada fakta baru yang diakui Nurlena jika dirinya juga pernah memberi makan nasi+cabai+bawang kepada dua anak tirinya untuk memberi efek jera. "Saya lakukan sekitar dua kali untuk memberi pelajaran," tukasnya.
Laili
KOMENTAR